Sabtu, 11 Agustus 2012

cheat point blank New Special MALming MAPHACK under Auto WALLSHOT, kill FREE Belakang Tembok,,WH,Mini INDO,REDroc,LUXVILE Kill FREE MODE SETAN +Plant Defuse,Setan,Hit Setan,PRO Damage setan,WORK ALL WINDOWS

[ D3D Menu ]

  • Wallhack
  • Chams
  • AMMo
  • ESP
  • 1 Hit
  • Burst
  • Skill
  • Gm
  • No LAG system
  • MOVe speed
  • 2 Hit SG  [ALL SG] bahkan bisa 1 hit
  • QQ 
  • No V recoil
  • no h recoil
  •  No respon
  • Set hollow killer
  • DEFEND HACK
Options
  • Menu DISPLAY
  • Exit

dowload : sini !

Kamis, 09 Agustus 2012

Free Hack Lobsy v.6083 !

parsimonious Hack :
- PF All Mode ON/OFF
- Great Hack ON/OFF
- Score Hack ON/OFF
- Combo x9999 ON/OFF
- Auto Key ON/OFF
- Enable Buy 1000 Item Couple Garden
- Reset Battle Party

Link Download : DISINI !
Auto Block Beat :
- Auto Block Beat ON/OFF
- Auto Ready
- Always Open Gate

Link Download : DISINI

Auto CBP :
- Auto CBP ON/OFF
- Auto Ready ON/OFF
- Increase Chance Hidden NPC

Link Download : DISINI !

Ghost Garden :
- Ghost Garden ON/OFF
- 1 Hotkey Clean Garden

Link Download : DISINI
Hack Kiss :
- Enable Force Hack Kiss At Lobby

Link Download : DISINI

NOTE !!
- kalo pas buka injector ada bacaan msinet.ocx blablabla, download ini copy ke folder cheat nya, lupa masukin males upload ulang :D

Link : DISINI !

Selasa, 07 Agustus 2012

Cerita SEKS dewasa Malam Yang Tak Terlupakan (New Puasa)

Kisah ini aku alami pada saat demam Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Seperti biasa, hari itu aku pulang dari kantor tepat jam 5 sore. Setibanya di rumah, aku langsung menuju kamar tidurku lalu bersiap-siap untuk mandi kemudian makan malam.
Setelah selesai makan, Winnie, adik perempuanku mengingatkan bahwa Brazil, salah satu tim sepakbola favoritku, akan bertanding melawan Portugal pada pukul 9 malam nanti.
“Masih lama nih bolanya. Luluran dulu ah…” kataku dalam hati sambil menuju kamar tidur.
Sebenarnya dulu aku bukanlah gadis yang terlalu memperhatikan perawatan tubuh. Namun karena tuntutan dari pacarku, saat ini aku mulai lebih sering merawat tubuh. Mulai dari mandi dengan sabun khusus, luluran hingga perawatan di tempat kecantikan. Sekarang aku sudah bisa menuai hasil kerja kerasku merawat tubuh. Kini aku mempunyai kulit yang lebih putih dan halus.
Setelah sekitar 1 jam aku luluran, terdengar teriakan Winnie dari ruang TV “Teh! Bolanya udah mau maen tuh!!”
Aku pun segera membereskan perlengkapan luluran milikku sebelum akhirnya keluar dari kamar tidur dan menuju ke ruang TV. Ketika berada di ruang TV aku sempat bingung karena hanya melihat Winnie saja di sana.
“Nie, Ayah lagi nggak ada di rumah ya?” tanyaku.
“Ada di kamar kok Teh…” jawabnya singkat.
“Kok tumben nggak ikutan nonton Nie? Biasanya Ayah nggak mau ketinggalan kalo lagi ada siaran Piala Dunia…” tanyaku lagi.
“Nggak tau tuh. Ngantuk kali!” jawab Winnie seadanya sambil tetap memperhatikan layar TV.
Tak lama setelah aku duduk di sofa ruang TV, pertandingan pun dimulai. Sebenarnya aku bukanlah penggemar fanatik sepakbola seperti Ayah dan Winnie. Aku hanya mengikuti pertandingan beberapa tim saja, seperti Brazil, Argentina dan juga Spanyol.
“Sayang banget sih Kaka nggak bisa main…” aku mengeluh karena pemain idolaku tidak dapat bermain karena terkena hukuman kartu merah pada pertandingan sebelumnya.
Tanpa terasa babak pertama yang menegangkan berakhir sudah. Mungkin karena tadi aku terlalu bersemangat dalam memberi dukungan kepada Brazil, aku merasa bahwa udara di dalam rumah menjadi sangat gerah. Akhirnya sambil menunggu babak kedua dimulai aku memutuskan untuk keluar rumah.
“Nie, Teteh keluar bentar yah… Gerah banget nih di dalem…” kataku kepada Winnie.
“Iya Teh… Tapi jangan lama-lama… Entar keburu mulai babak keduanya…” kata Winnie mengingatkan.
“Iya… Sebentar aja kok…” jawabku sembari mengikat rambut.
Akhirnya aku memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar rumahku saja. Malam itu aku memakai baju tipis dan ketat berwarna abu-abu serta celana merah muda yang berukuran cukup pendek. Karena tadinya aku tidak berniat untuk keluar rumah, maka aku sengaja tidak memakai bra. Aku sempat memperhatikan putingku tercetak cukup jelas di bajuku ini, tapi aku cuek saja karena aku pikir hanya keluar sebentar dan tidak akan jauh-jauh dari rumah. Setelah menutup pintu depan dan gerbang, aku pun mulai berkeliling di daerah sekitar rumahku.
“Kok tumben ya sepi banget? Pasti karena lagi ada bola deh…” pikirku karena tidak biasanya di sekitar rumahku yang masih terhitung daerah perkampungan sudah terlihat sepi pada pukul 10 malam.
Tanpa terasa cukup jauh juga aku berjalan dari rumahku hingga akhirnya aku sampai di sebuah pos jaga. Dari kejauhan aku dapat melihat ada empat orang Bapak-Bapak di dalam pos jaga tersebut. Karena penasaran, aku kemudian berjalan mendekati pos jaga yang hanya diterangi oleh pencahayaan seadanya. Ukurannya memang tidak terlalu besar, namun dapat untuk menampung hingga enam orang dewasa.
‘Tok… Tok… Tok…’ aku mengetuk tiang pos jaga tersebut dengan cukup kencang supaya Bapak-Bapak itu dapat mendengarnya.
“Permisi Bapak-Bapak…” kataku sopan sambil berdiri di depan pintu.
“Eeh, ada Neng Tita…” jawab seorang Bapak yang posisi duduknya paling dekat pintu.
Akhirnya aku dapat mengenali siapa saja yang sedang berada di pos jaga tersebut. Bapak yang duduk paling ujung bernama Pak Wawan, orangnya botak dan gendut tapi terkenal dengan keramahannya. Di sebelahnya bernama Pak Diman, berbadan besar, berkulit hitam, serta wajahnya yang menurutku sangat jelek. Lalu ada Pak Jono, berkulit hitam, rambutnya penuh dengan uban serta memiliki badan paling kurus bila dibandingkan dengan yang lainnya. Dan yang terakhir adalah Bapak yang duduk paling dekat dengan pintu tadi bernama Pak Bara. Kumisnya yang tebal menambah kegarangan wajahnya yang sangar dan penuh luka. Aku maklum saja, karena dulu Pak Bara adalah preman di daerah sini. Mereka semua adalah tetanggaku yang kutaksir usianya kira-kira sama dengan ayahku.
“Neng Tita ngapain malem-malem gini keluar rumah?” sapa Pak Wawan.
“Cari angin aja Pak. Abis gerah banget di rumah…” aku mengatakan hal tersebut sambil mengibas-ngibaskan leher bajuku.
“Oh gitu… Tapi emangnya Neng Tita nggak takut keluar rumah sendirian?” tanya Pak Bara.
“Kan ada Bapak-Bapak yang lagi ngeronda… Jadi saya bisa tenang deh…” jawabku sambil tersenyum.
Sekilas aku dapat melihat keempat Bapak itu memandangi puting payudaraku yang semakin tercetak jelas di baju ketatku akibat keringat yang membasahi tubuh bagian depanku. Mungkin karena sadar aku melihat mereka dengan tatapan curiga, mereka semua langsung terlihat salah tingkah dan mulai mengalihkan pandangan mereka ke arah TV yang sudah menayangkan pertandingan babak kedua.
“Oh iya… Saya boleh ikutan nonton bola bareng Bapak-Bapak nggak?” tanyaku supaya mencairkan suasana.
“Emangnya Neng Tita suka nonton bola juga yah?” tanya Pak Diman.
“Lumayan suka juga sih. Apalagi kalau lagi pas Piala Dunia kayak sekarang…” jelasku kepada Pak Diman.
“Ya udah nonton bareng-bareng aja di sini! Saya sih seneng banget kalo Neng Tita mau nemenin kita-kita nonton bola. Betul kan Bapak-Bapak?” balas Pak Wawan dengan tersenyum lebar sehingga menunjukkan giginya yang tidak terawat.
“Betul!!” Jawab Bapak-Bapak yang lain dengan serempak.
Aku hanya bisa menahan tawa mendengar jawaban dari Bapak-Bapak tersebut yang seperti murid sekolah saat sedang menjawab pertanyaan dari gurunya. Karena merasa akan lebih seru menonton pertandingan bola bersama mereka, tanpa pikir panjang lagi aku pun masuk ke dalam pos jaga tersebut lalu mengambil posisi duduk tepat di tengah-tengah mereka berempat.
Tiba-tiba aku teringat dengan adik perempuanku yang masih menunggu di rumah. Agar dia tidak kuatir aku pun mengirim SMS bahwa aku sedang menonton bola di rumah tetanggaku. Aku juga mengingatkannya agar tidak perlu mengunci gerbang dan pintu depan apabila aku pulang agak malam. Setelah yakin SMS-ku sudah terkirim, aku pun menonton bola bersama bapak-bapak tersebut sambil menikmati hidangan seadanya.
Terkadang aku dapat mendengar ungkapan-ungkapan kasar keluar dari mulut mereka ketika mengomentari jalannya pertandingan.
“Aduuuh… Maap yah Neng kalo kata-kata kami kasar…” kata Pak Bara.
“Aahh… Nggak apa-apa kok Pak… Namanya juga lagi nonton bola…” sahutku memaklumi.
“Iya nih Neng Tita… Abisnya kami nggak biasa ngeronda ditemenin sama perempuan… Hehehe…” timpal Pak Diman yang membuatku tertawa.
Walaupun sedang serius menonton bola, aku dapat merasakan mata mereka tidak henti-hentinya mencuri pandang ke arah paha putih mulusku dan juga ke bagian payudara yang seolah-olah mengalahkan daya tarik pertandingan Brazil melawan Portugal. Mereka terus menatapnya dengan tidak berkedip atau lebih tepatnya tidak mau berkedip. Aku yakin saat ini mereka semua pasti mulai terangsang dan ingin sekali dapat menikmati tubuhku.
Sebenarnya aku sempat merasa takut juga dengan tatapan penuh birahi dari mereka yang seolah-olah membuat tubuhku seperti tidak memakai sehelai benang pun. Namun karena libidoku saat itu sedang cukup tinggi, maka terlintas di pikiranku untuk mulai menggoda bapak-bapak tersebut. Apalagi selama ini aku belum pernah memiliki pengalaman melakukan persetubuhan dengan orang yang jauh lebih dewasa.
“Hoaaaaaahm…” aku berpura-pura mengantuk lalu menyenderkan badanku di dinding pos jaga.
Kemudian aku menutup kedua mata supaya Bapak-Bapak itu dapat merasa lebih leluasa untuk menggerayangiku apabila aku sedang dalam keadaan tertidur pulas. Dan tepat seperti dugaanku tadi, setelah aku pura-pura tertidur, aku merasakan kedua tanganku diangkat ke atas oleh salah seorang dari mereka. Lalu orang tersebut mulai memegangi pergelangan tanganku dengan cukup kencang.
“Kayaknya godaanku udah mulai berhasil nih…” kataku dalam hati.
“Eh, tutup dulu pintunya biar aman…” walaupun mataku tertutup, aku dapat mengetahui bahwa suara tadi adalah milik Pak Wawan.
Tidak lama setelah aku mendengar suara pintu pos jaga ditutup, aku merasakan ada sebuah tangan mulai meraba-raba pahaku yang kemudian disusul oleh sebuah tangan yang besar dan kasar menyusup masuk ke dalam bajuku lalu meremas-remas kedua buah payudara milikku sekaligus memainkan putingnya. Mungkin karena melihat aku tetap tertidur, perlahan-lahan tangan yang tadinya meraba-raba pahaku mulai merambat ke atas hingga sampai ke payudaraku. Aku bahkan dapat mendengar suara nafas mereka yang semakin memburu. Tampaknya mereka sudah terbakar nafsu. Aku sendiri berusaha keras meredam gairahku yang mulai naik.
“Eeeeeennggh…” aku akhirnya mengeluarkan desahan lembut menggoda ketika merasakan ada dua buah tangan secara bersamaan memilin kedua puting payudaraku.
Sementara itu aku merasakan ada sepasang tangan lain yang menarik celana pendek dan juga celana dalamku hingga melewati kedua kakiku.
“Memeknya cakep amat…! Nggak ada jembutnya…” terdengar suara berbisik di bawah sana.
Perasaanku seperti tersengat ketika dengan perlahan jari-jari tangan tersebut mulai menyentuh dan menekan-nekan vaginaku yang sudah tidak tertutup apapun. Jari-jari tadi merayap masuk dan menyentuh dinding kewanitaanku sehingga birahiku naik dengan sangat cepat. Tiba-tiba aku merasakan benda tumpul dan basah, yang kuduga itu adalah sebuah lidah, mulai menyentuh bagian dalam vaginaku.
Saat itulah aku pura-pura mulai tersadar lalu membuka kedua mataku dengan pelan.
“Eennngghh… Kuraaaang ajaaaarr!!” teriakku pura-pura marah agar tidak terkesan seperti aku yang menginginkannya.
“Toloong Paak…!! Ja-jangaaan!! Jaaangaaa… Mmmmmhhh…!!!” kataku terputus karena tiba-tiba mulutku dibekap oleh seseorang yang tadi ada di belakangku.
Aku melanjutkan sandiwaraku dengan terus meronta-ronta karena tidak ingin menjatuhkan harga diriku di depan mereka. Rupanya Pak Diman dan Pak Jono yang memainkan kedua buah payudaraku, sedangkan Pak Bara asyik menikmati vaginaku dengan lidahnya.
“Pantes aja ada rasa gelinya…” pikirku dalam hati karena kumis Pak Bara terus menggesek-gesek bibir luar vaginaku sehingga menimbulkan sensasi yang berbeda.
Akhirnya aku benar-benar larut dalam kenikmatan yang sedang melanda diriku. Tubuhku serasa lemas tak berdaya membiarkan mereka menjarah seluruh bagian tubuhku. Aku benar-benar terbuai dikeroyok seperti ini. Melihatku semakin pasrah, Pak Diman dan Pak Jono mulai mengangkat kaosku ke atas hingga kedua payudaraku terlihat.
“Waaaah teteknya Neng Tita mulus bangeeet!!” komentar Pak Diman yang tepat berada di depan payudara kananku.
“Bener Pak Diman!! Udah pahanya mulus, teteknya putih lagi…” tambah Pak Jono ikut mengomentari payudaraku yang putih mulus terpampang dengan jelas di depan matanya.
“Mendingan Neng Tita nurut sama kita-kita aja deh! Daerah sekitar sini kan udah pada sepi… Jadi percuma aja kalo mau teriak…” kata Pak Wawan dengan nada sedikit mengancam.
Aku hanya bisa menganggukkan kepala tanda setuju walaupun masih sedikit terkejut dengan ancaman Pak Wawan tadi. Karena yakin sudah menguasaiku, pelan-pelan Pak Wawan melepaskan bekapannya pada mulutku sehingga aku merasa sangat lega. Baju yang tadinya masih menempel pada bahuku mulai dilepas oleh Pak Wawan hingga kini aku pun sudah dalam keadaan telanjang bulat.
Melihat diriku yang sudah pasrah tak berdaya mereka mulai mengerubuti dan menggerayangi tubuhku. Pak Diman dan Pak Jono meremas-remas kedua payudaraku dengan brutal sehingga membuat tubuhku merasa panas dingin. Tidak cukup puas hanya meremas-remas buah dadaku saja, Pak Diman kemudian menghisap payudaraku yang sebelah kanan, sedangkan Pak Jono mengenyot payudara bagian kiriku.
“Aaaaaaaaaaaah….” aku berteriak akibat perlakuan mereka pada tubuhku.
“Teteknya Neng Tita emang manteb banget dah!!” ujar Pak Diman.
Kelihatannya Pak Bara sama sekali tidak tertarik dengan apa yang dilakukan oleh teman-temannya terhadap tubuh bagian atasku. Dia masih terlihat menikmati bibir luar hingga rongga dalam vaginaku lalu melakukan jilatan-jilatan dan menyedotnya. Tubuhku menggelinjang merasakan birahi yang memuncak karena merasa geli sekaligus nikmat di bawah sana.
“Memek cewek jaman sekarang emang enaaak…!! Emmmhh… Udah gitu wangi banget lagiii…!! Sluuuurp…” kata Pak Bara di sela-sela menikmati vaginaku.
“Jilatiiiin terrrrusss vaginaaa sayaaa Paaak!!! Ooooooohhh… Aaaaaaahhh…” aku mengerang-erang keenakan.
Sekarang Pak Diman, Pak Jono dan Pak Bara sudah mendapatkan jatah mereka masing-masing. Pak Wawan yang sepertinya juga tidak ingin ketinggalan mulai menciumi leher mulusku yang semakin menggiurkan karena basah oleh keringat. Rambutku yang dalam keadaan terikat memudahkan Pak Wawan untuk melanjutkan aksinya dengan menjilati leher, telinga serta tengkukku.
“Eeeeeemmhhh…. Eeeeemmmhhh… Aaaaaaaaahh” erangku ketika mulai dikeroyok oleh mereka berempat.
Setelah Pak Wawan puas bermain di bagian leherku, dia menarik kepalaku dengan perlahan ke arah belakang sehingga kepalaku agak mendongak ke atas. Dengan penuh nafsu Pak Wawan langsung mencumbu serta melumat bibirku, lalu dia menyelipkan lidahnya masuk ke dalam mulutku hingga aku gelagapan. Walaupun bau nafas Pak Wawan sungguh tidak enak, tetapi yang bisa kulakukan hanyalah membuka mulutku dan membiarkan Pak Wawan memainkan lidahnya di dalam mulutku.
Kini, tubuhku sudah seperti boneka bagi mereka, karena mereka bisa berbuat sesuka hati terhadap tubuhku. Mereka menikmati jatah mereka dengan penuh nafsu. Pak Diman dan Pak Jono terus menjilati kedua buah payudaraku serta menggigit kecil kedua putingku putingku yang sudah menegang itu. Pak Wawan terus menerus memainkan lidahnya di dalam mulutku, dan aku juga membalasnya dengan memainkan lidahku sehingga lidah kami saling membelit. Aku dapat merasakan kalau ludah kami berdua menetes-netes di sekitar bibir karena kami berciuman sangat lama.
Dikerubuti dan dirangsang sedemikan rupa membuat aku merasakan gejolak yang luar biasa melanda tubuhku tanpa bisa kukendalikan.
“Ooooh… Aaaaaaaaah… Nngggg… Aaaaaaaaagh…” aku mengerang dan menjerit keenakan.
Pak Bara kini semakin membenamkan kepalanya di antara kedua pahaku, dan karena agak geli akupun merapatkan kedua pahaku sehingga kepala Pak Bara terhimpit oleh kedua paha mulusku.
“Enak ya Neng Tita… Sluuuurrpp… Dijilatin Bapak? Eehmmm… Sluuurrp…” tanya Pak Bara tanpa menghentikan jilatan dan hisapannya pada vaginaku terlebih dahulu.
“Eeeeenak bangeeeet Paaak…!!” aku terus mendesah nikmat.
Terus-terusan menerima serangan birahi secara bersamaan dari empat orang pria yang berbeda pada daerah sensitifku, aku jadi tidak kuat menahan lama-lama. Sehingga dalam waktu beberapa menit saja tubuhku sudah seperti tersengat arus listrik yang menandakan kalau sebentar lagi aku akan mencapai orgasme.
“Paaak Baraaaa… Saayaaaa mauuu keluaaaarr!! Aaaaaaaaaaaah….!!!” aku berteriak kencang melampiaskan rasa nikmat di dalam tubuhku.
Tidak lama kemudian cairan orgasmeku mengalir keluar dari vaginaku. Tubuhku mengejang hebat lalu kedua pahaku menjepit kepala Pak Bara dengan sangat kencang. Pak Bara yang berada tepat di depan lubang vaginaku semakin liar menjilati vaginaku yang sudah sangat basah oleh cairanku tadi.
‘Slurrpp… Sluurrrpp…’ cairanku yang mengalir deras dilahap oleh Pak Bara dengan rakus.
“Wiiiiiih!! Cairan memeknya Neng Tita manis banget kayak orangnya…!!” komentar Pak Bara.
Setelah cairanku sudah hampir habis dihisap oleh Pak Bara, ketiga Bapak yang tadi masih sibuk dengan bagiannya masing-masing langsung menghentikan aktivitas mereka. Mungkin karena penasaran, mereka bertiga mendekat ke arah vaginaku untuk bergantian menikmati manisnya cairanku.
“Mmmmmmhhhh…” desahku menerima jilatan demi jilatan pada sisa-sisa cairan orgasmeku yang masih ada di sekitar bibir vaginaku hingga mereka semua kebagian.
Karena masih merasa lemas akibat perlakuan mereka, aku menyenderkan tubuhku pada dinding pos jaga. Keempat Bapak ini sepertinya mengerti dengan keadaanku lalu mengisi waktu luang mereka dengan minum kopi. Setelah beristirahat sebentar, aku merasa tubuhku sudah lebih kuat. Aku yang masih belum merasa terpuaskan malah berpikiran untuk bersetubuh dengan mereka.
“Sekarang Bapak-Bapak mau ngapain saya lagi?” tanyaku menantang.
“Kalo Bapak sih pengen banget ngentot sama Neng Tita…!!” jawab Pak Jono dengan penuh semangat.
“Ba-bapak juga!!!”… “Iya!! Bapak juga mau dong!!”… “Bapak apalagi Neng…!!” ujar Bapak-Bapak yang lain seolah tidak mau ketinggalan menikmati tubuhku.
Reaksiku hanya tersenyum, lalu kupasang posisi pasrah dengan membuka kedua pahaku lebar-lebar siap disetubuhi siapapun yang ada disitu. Namun ternyata reaksi mereka sungguh di luar dugaanku. Bapak-Bapak ini hanya diam saja dan tidak terlihat bersiap untuk melakukan seperti yang mereka inginkan tadi. Mungkin juga karena keempat Bapak ini tidak pernah menyangka kalau aku akan mau mengabulkan permintaan mereka begitu saja.
“Ayo dong Bapak-Bapak jangan pada bengong aja…! Katanya mau gituan?” tanyaku yang sudah menjadi semakin liar.
“Beneran nih nggak apa-apa kalo kita entotin Neng Tita rame-rame?” tanya Pak Jono dengan wajah tidak percaya.
“Beneran kok Pak! Masa saya bercanda sih…” jawabku dengan nada serius.
“Wah Bapak-Bapak!! Yang punya udah ngebolehin tuh!!” kata Pak Jono dengan wajah senang sekaligus masih terlihat keheranan mendengar jawabanku barusan.
“Memeknya Neng Tita baru diemut aja udah enak… Apalagi kalo dientot… Hehehe” tambah Pak Bara.
Karena tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan di depan mata, mereka semua langsung membuka pakaian dengan terburu-buru. Bapak-Bapak ini pasti sudah sangat tidak sabar ingin merasakan kehangatan vaginaku yang sudah kupasrahkan untuk mereka semua. Untuk lebih merangsang mereka lagi, kubuka ikat rambutku sehingga rambutku kini terurai sampai menyentuh bahu. Beberapa menit kemudian keempatnya sudah dalam keadaan telanjang bulat dengan penis mengacung tegak menghadap seorang gadis yang sepantasnya menjadi anak mereka.
“Ya ampun gede-gede banget…!!” ujarku dalam hati.
Tanpa sadar mulutku menganga karena tentu saja aku kaget sekaligus kagum dengan ukuran penis milik Bapak-Bapak ini yang berukuran sekitar 17-18 cm dengan diameter yang sangat besar. Mungkin juga karena selama ini aku baru melihat penis yang ukurannya hanya mencapai 15 cm saja dan jauh lebih kurus dibandingkan penis di hadapanku sekarang. Aku juga masih sempat memperhatikan, betapa kulit keempat Bapak ini hitam dan kasar bila dibandingkan dengan kulitku yang putih mulus.
“Neng Tita pasti bakalan keenakan dientot sama kita-kita deh…” kata Pak Diman kepadaku.
Tadinya aku sempat merasa takut memikirkan Bapak-Bapak yang memiliki penis berukuran raksasa ini akan menjarah habis vaginaku. Namun ternyata membayangkan semua itu malah membuat aku terangsang hebat dan gairahku naik tak terkendali. Aku tanpa sadar menanti dan berharap mereka akan memberikanku kenikmatan melebihi yang baru saja melandaku.
“Siapa yang mau duluan ngentotin Neng Tita?” tanya Pak Bara yang terlihat mengalah dan memberi kesempatan kepada teman-temannya.
“Saya dulu deh… Napsu saya udah di ubun-ubun nih…!!” jawab Pak Wawan.
“Enak ajah…!! Saya juga udah lama pengen ngentotin Neng Tita…!!” teriak Pak Diman tidak mau kalah.
“Nggak bisa…!! Saya yang duluan dong…!! Kan tadi saya yang pertama kali bilang pengen ngentot sama Neng Tita…!!” ujar Pak Jono yang nampaknya sudah sangat tidak sabaran lagi untuk dapat menyetubuhiku.
Layaknya sekumpulan anak kecil yang sedang berebut mainan, mereka semua tidak mau kalah ingin menjadi yang pertama kali mencobloskan penis mereka ke dalam vaginaku yang masih sangat sempit walaupun sudah tidak perawan lagi. Sepertinya mereka tidak pernah habis pikir betapa beruntungnya berkesempatan mencicipi tubuh seorang gadis muda.
“Udah dong Bapak-Bapak jangan pada rebutan gitu…!!” kataku dengan nada kesal melihat tingkah mereka.
“Ja-jangan marah dong Neng Tita. Iya deh kami semua nggak bakal berebutan lagi…” jawab Pak Wawan sedikit gugup.
“Ya udah… Biar adil gimana kalau saya aja yang milih?” tanyaku.
“Boleh juga idenya Neng Tita tuh!” kata Pak Jono.
Aku melihat ke arah penis mereka berempat dan aku menemukan kalau penis Pak Bara adalah yang paling besar di antara yang lain, hitam serta dipenuhi urat-urat menonjol. Maka aku memilih penis Pak Bara untuk mengisi liang vaginaku, lalu aku memilih penis milik Pak Wawan yang tidak kalah besar untuk aku hisap.
“Maap ya Bapak-Bapak saya duluan…!! Kalo udah rejeki nggak bakalan kemana deh… Hahaha…” kata Pak Bara sambil tertawa penuh kemenangan.
“Ayo ke sini Neng…” ajak Pak Bara yang sudah berada di atas tikar.
Tanpa perlu disuruh lagi, aku mendekati Pak Bara yang sudah kelihatan bernafsu sekali melihat kemulusan tubuhku yang terlihat seksi karena penuh dengan keringat, tidak hanya karena udara di dalam yang memang gerah, namun juga karena perlakuan mereka terhadapku tadi. Kemudian aku naik ke atas tubuh Pak Bara lalu membimbing penisnya untuk masuk ke dalam vaginaku.
“Saya masukin penis Bapak pelan-pelan dulu ya…” aku berkata kepada Pak Bara yang hanya mengangguk sambil tersenyum memandangi wajahku.
Karena kondisi di dalam vaginaku mulai mengering akibat cairan orgasme yang keluar tadi sudah habis dihisap oleh Pak Bara dan ketiga Bapak-Bapak yang lain, ditambah ini adalah pertama kalinya vaginaku dimasuki oleh penis berukuran besar, maka penis Pak Bara sangat sulit untuk masuk sepenuhnya.
“Heeeemhhh…” aku merasa bagian dalam vaginaku sudah benar-benar penuh dengan batang besar milik Pak Bara yang baru menancap setengahnya.
Batang penis Pak Bara itu membuat liang vaginaku terasa begitu sesaknya. Urat-urat pada batang penis itu berdenyut- denyut menambah sensasi yang kurasakan. Vaginaku memang belum pernah merasakan dimasuki oleh batang penis yang begitu besar dan kokoh seperti ini.
“Aaaaaah… Memeknyaaa sempiiiit bangeeet!! Untung banget deh gue bisa ngentotin Neng Tita!! Eemmhh… Oooohh…” komentar Pak Bara.
“Oooooohhh… Aaaaaahhhh… Enaaaakkk bangeeeeet Paaak…!!” erangku karena tidak kuat merasakan sensasi luar biasa yang ditimbulkan dari tusukan penis Pak Bara pada vaginaku.
Pak Bara membiarkanku agar terbiasa dengan ukuran penisnya. Namun tetap saja penisnya belum dapat masuk semuanya ke dalam vaginaku. Untungnya vaginaku tidak terasa perih sehingga aku dapat menikmatinya. Di saat yang bersamaan Pak Bara juga menjilati payudaraku dan menggesek-gesekkan kumisnya ke putingku yang membuat birahiku semakin memuncak.
“Aaaaaaaaaahhhh…” aku semakin mendesah menerima sodokan penis sekaligus jilatan pada payudaraku.
Kemudian aku menggoyangkan pinggulku dengan liar diatas penis Pak Bara. Dia hanya bisa meringis dan mengerang, terutama saat aku membuat gerakan meliuk yang membuat penisnya seolah-olah dipelintir olehku. Aku bahkan semakin terangsang ketika melihat ekspresi kenikmatan di wajah Pak Bara.
“Aaaaahhhh…!! Ooohhhh… Aaahhkkhhhh…!!” erangku dengan mata tertutup.
Di tengah-tengah persetubuhanku dengan Pak Bara, aku masih sempat melihat Pak Jono dan Pak Diman sedang mengocok penis mereka sendiri. Sepertinya mereka berdua sudah sangat terangsang melihat pemandangan menggiurkan di depan mereka sekaligus tidak sabar ingin mencicipi tubuhku.
“Sepongin kontol Bapak dong Neng. Daripada mulutnya nganggur…” tiba-tiba Pak Wawan berdiri di hadapanku dengan senyum yang memuakkan sambil mengarahkan penisnya ke arah wajahku.
Dengan tidak sabaran, Pak Wawan menjejali mulutku dengan penisnya, penis itu ditekan-tekankan ke dalam mulutku hingga wajahku hampir terbenam pada bulu-bulu kemaluannya. Aku sempat mengernyitkan dahiku menahan mual karena bau penisnya yang sangat menyengat. Namun setelah beberapa lama menghisap penis Pak Wawan, aku pun sudah mulai bisa menikmatinya.
“Gilaaaa!! Maanteebb bangeeet sepongan kamu Neng…!!!” ceracau Pak Wawan.
Aku pun menelan penis Pak Wawan hingga menyentuh daging lunak di tenggorokanku. Kedua buah zakarnya juga aku pijati lembut dengan jari-jari tanganku yang membuat pemiliknya semakin mendesah tidak karuan karena menikmati pelayanan dari mulut serta tanganku sekaligus.
“Oooohhh… Eeenak bangeeet!! Masih muda tapi udah jago bangeeet nyepongnyaaa…” teriak Pak Wawan keenakan.
Seperti tidak mau kalah dengan Pak Bara, Pak Wawan pun juga ikut menyetubuhi mulutku. Dia memaju-mundurkan pantatnya dan merasakan sentuhan dari rongga mulutku. Setelah beberapa menit kumainkan di dalam mulutku, penis Pak Wawan mulai berkedut-kedut.
Dan tidak lama kemudian Pak Wawan berteriak “Neng Titaaaaaa!! Oooooh… Enaaaaaak…!! Bapaaaak keluaaaaaar!!”
‘Croot… Croot… Crooot’ semburan hangat sperma milik Pak Wawan akhirnya keluar di dalam mulutku hingga membasahi kerongkongan.
“Aaaaaaaaaaagh… Oooooooooh…” Pak Wawan melenguh panjang dan meremas-remas rambutku
“Eeeeemmmmhhh… Sluuuuurp… Sluuurrpp…” aku menikmati sperma milik Pak Wawan yang keluar sangat banyak sehingga aku harus buru-buru menelannya agar tidak ada yang tumpah.
“Neng Tita cakep-cakep doyan nelen peju…!! Huahahahaha…” komentar Pak Jono sambil tertawa keras melihatku dengan rakusnya membersihkan sisa sperma yang masih menempel di penis Pak Wawan.
“Mana nyangka kalo cewek yang mukanya alim kayak Neng Tita ternyata nggak beda sama jablai yah…!!” Pak Diman ikut berkomentar.
Aku memang sudah benar-benar larut di dalam pesta seks ini sehingga tidak peduli lagi bahwa di mata mereka aku berubah dari seorang gadis yang alim menjadi seperti pelacur murahan.
“Sepongannya Neng Tita emang hebaaat bangeeeeet!! Pasti udah sering ngisep kontol pacarnya ya Neng…” komentar Pak Wawan yang
Tergiur dengan apa yang aku lakukan terhadap penis Pak Wawan, tidak lama kemudian Pak Jono dan Pak Diman langsung mendekat dan berjalan ke depanku lalu mereka menyodorkan penisnya masing-masing ke arah mulutku. Seperti halnya penis Pak Wawan, bau kedua penis ini sungguh tidak enak. Namun karena sudah dalam keadaan terangsang, tanpa ragu lagi aku pun mulai mengocok penis Pak Jono serta mengulum penis Pak Diman secara bersamaan.
“Aaaaaaaahhh… Terrruuuusss Neeeng Titaaaaaa…!!” erang Pak Diman ketika aku sedang mengemut kepala penis serta menyentil-nyentilkan lidahku ke lubang air seninya.
“Neng Tita… Jangan punya Pak Diman doang yang diisepin… Gantian ngemut kontol saya juga dong…!” protes Pak Jono.
“Halaah… Pak Jono jangan ngiri gitu dong…! Pasti Neng Tita doyan nyepong kontol saya soalnya lebih gede…! Bener kan Neng? Huahahaha…” ujar Pak Diman yang sepertinya tidak rela apabila harus berbagi dengan temannya.
Sebenarnya pertanyaan yang diberikan oleh Pak Diman tadi memang benar. Namun untuk mencegah agar jangan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan aku bersikeras untuk tidak menjawabnya. Aku lalu bergantian memaju-mundurkan batang kejantanan Pak Diman dengan tanganku secara perlahan, sementara mulutku menghisap penis Pak Jono.
“Aduuuh… E-enaaaak bangeeeet Neng!! Aaaaaaaaaah…” kata Pak Jono dengan bergetar.
“Mmmmmhh… Ceeepp… Cckkk… Sluuuurp…” mulutku terus berdecak-decak ketika mengulum secara bergantian kedua batang penis berwarna hitam dan berbau tidak sedap ini.
Mungkin karena aku sudah lama tidak menerima serangan sekaligus seperti ini, aku pun cepat mencapai orgasme hanya dalam waktu kurang dari 10 menit.
“Ooooooooohh… Aaaaaaggggh…” sambil melepas sebentar hisapanku pada penis Pak Jono aku pun mengerang panjang karena tidak tahan dengan nikmat yang mendera.
Karena vaginaku sudah licin oleh cairan orgasme, maka penis Pak Bara dapat amblas sepenuhnya. Aliran cairan vaginaku tertahan oleh penis Pak Bara yang sedang keluar masuk vaginaku sehingga berbunyi setiap kali Pak Bara memasukkan penisnya ke dalam vaginaku.
Penis itu terasa seperti sedang menyodok bagian terdalam dari vaginaku, mungkin itu rahimku. Aku hanya bisa mengerang tanpa berani menggeliat, walaupun aku merasakan sakit yang bercampur nikmat.
“Ooooh sempiiit bangeeet Neeeng…!! Enaknyaaa… Beda banget sama punya bini sayaaa… Aaaaaaah…” Pak Bara mulai meracau keenakan.
Namun untung saja aku masih dapat mengimbangi kekuatan Pak Bara walaupun sudah mengalami dua kali orgasme. Sementara itu Pak Diman dan Pak Jono menarik penis mereka dari mulutku karena mereka pasti tidak ingin cepat mencapai orgasme.
“Mmmmhhhh… Aaaaaaaaahhhh…!!!” aku mengeluarkan desahan yang sempat tertahan karena tadi mulutku penuh dengan penis.
“Aaaaaah… Enaaak bangeeeet memek kamu Neng…! Kalo tau gini udah Bapak entotin dari dulu…!” ujar Pak Bara sambil terus menusuk penisnya dari arah bawah.
Akhirnya kurang dari 5 menit setelah aku mencapai orgasmeku yang kedua tadi, aku merasakan penis Pak Bara yang sedang mengisi vaginaku mulai berdenyut-denyut menandakan kalau Pak Bara akan mencapai orgasme. Pak Bara mempercepat sodokan penisnya terhadap vaginaku yang membuatku merasa sedikit perih karena penis besarnya itu keluar masuk dengan cepat dan kuat padahal lubang vaginaku masih sangat sempit. Namun setelah terbiasa akhirnya aku menemukan rasa nikmat dibalik rasa perih itu.
“Aaaaahhhh… Neng Titaaaaa!! Bapaaakkk… Keluuaaaaaaarrrr!!!” teriak Pak Bara.
“Keluariiiin di daleeem ajaaa Pak…!! Aaaaaaaaah…” pintaku dengan lirih.
“I-iyaaaa Neng…! Enaaaaakk!!! Aaaaaaaaaaahh…!!” teriakan Pak Bara semakin lepas.
Dan tidak lama kemudian, Pak Bara sudah menyemburkan spermanya yang hangat ke dalam rahimku. Ketika nafas Pak Bara mulai tersengal-sengal, dia memutuskan untuk menghisap-hisap payudaraku dengan mulutnya sambil menunggu penisnya memuntahkan semua isinya ke dalam vaginaku. Lama-kelamaan semburan sperma Pak Bara semakin melemah hingga akhirnya berhenti sama sekali.
Baru sekitar 2 menit aku mengatur nafas dan tenagaku untuk menghadapi Pak Diman dan Pak Jono, ternyata Pak Bara mau aku bersimpuh di hadapannya lalu bertumpu dengan kedua lututku. Aku yang sudah mengerti maksud Pak Bara, langsung mengambil penisnya yang masih berlumuran sperma dan juga cairan vaginaku, kemudian membersihkan penis Pak Bara hingga spermanya tak tersisa lagi.
“Neng Tita bener-bener luar biasa…! Baru kali ini Bapak ngeluarin peju segini banyaknya…” ujar Pak Bara.
“Pak… Saya kan udah bersihin sperma Bapak sampai nggak ada sisanya nih… Sekarang saya mau main sama yang lain dulu yah…” pintaku dengan lembut kepada Pak Bara.
“Ya udah sekarang Bapak mau istirahat dulu deh Neng…” jawab Pak Bara.
“Pak Bara kalo mau ngobrol entar aja…!! Saya udah kebelet pengen ngentotin Neng Tita nih!!” teriak Pak Diman.
“Iya… Iya…! Sekarang gantian Pak Diman yang sikat memeknya Neng Tita sana…!” kata Pak Bara sambil menggenggam penisnya yang masih tegang lalu berpakaian kembali.
“Sekarang Neng Tita rebahan yah…” perintah Pak Diman.
Tampaknya kali ini giliran aku yang ada di posisi bawah. Setelah menuruti perintah Pak Diman, aku pun menekuk kedua kakiku lalu melebarkannya untuk bersiap disetubuhi oleh Pak Diman dan Pak Jono. Melihat pemandangan tersebut, kedua Bapak itu malah diam sejenak untuk mengagumi keindahan vaginaku yang masih rapat dan tanpa bulu itu dengan wajah penuh birahi.
Mungkin karena sebelumnya sudah ada kesepakatan di antara Pak Diman dengan Pak Jono, maka Pak Diman yang akan mengambil giliran selanjutnya untuk menyetubuhiku. Aku pun menyibakkan bibir vaginaku untuk mengundang penis Pak Diman agar segera masuk ke dalam.
“Ngimpi apaan saya semalem bisa ngentot sama Neng Tita…” kata Pak Diman dengan noraknya.
Lalu tanpa berbasa-basi lagi, Pak Diman segera menyergap dan menindih tubuh mungilku. Dengan penuh nafsu Pak Diman menjejalkan penisnya yang tidak kalah besar dari milik Pak Bara ke dalam vaginaku. Kedua mataku terbelalak merasakan kembali sesaknya vaginaku. Kemudian Pak Diman diam sejenak untuk menikmati liang vaginaku yang terasa begitu hangat dan sempit.
“Enaaaak bangeeet memeek kamu Neng!! Udaah lamaaa Bapaaak pengeen ngerasain memeeek Neng Titaaaaa…” sambil menyetubuhiku Pak Diman terus memuji vaginaku.
Karena sekarang vaginaku sudah banjir dengan cairanku serta sperma Pak Bara, maka penis milik Pak Diman dapat lebih mudah untuk masuk ke dalam vaginaku. Kini vaginaku sudah dimasuki oleh penis yang berukuran besar untuk kedua kalinya. Namun aku sungguh menikmatinya dengan penuh penghayatan, sampai-sampai dengan tidak sadar aku menutup mataku.
“Oooohh… Aaaahhh… Teeruuss Paaaak…!! Uuuummhhh…” aku semakin menggila saat Pak Diman mulai menggerakkan penisnya di dalam vaginaku.
“Ooohh… Memeknya Neng Titaaa sempiiit bangeeet!! Kontol saya kayaak diurut-uruuuut!!” wajah Pak Diman yang buruk rupa itu terlihat keenakan.
Penis itu terasa seperti sedang menyodok bagian terdalam dari vaginaku. Aku hanya bisa mengerang tanpa berani menggeliat, walaupun aku merasakan sakit yang bercampur nikmat. Tanpa sadar, kakiku melingkari pinggang Pak Diman, seakan tidak ingin penisnya terlepas. Sekarang kedua tangan Pak Diman mulai menggenggam kedua payudaraku lalu meremasinya dengan agak kasar.
“E-eeenak bangeeet ngentotiiin Neng Titaaa…!! Ooooooh…” Pak Diman terus meracau di sela-sela persetubuhan kami.
“Aaaaaahhh… Oooooohh… Mmmmhhhhhhhh…” desahku karena tidak bisa menahan rasa nikmat yang menyerang.
Karena sudah tidak sabar menunggu, Pak Jono mulai menaruh penisnya di depan mulutku yang masih belepotan sperma dari Pak Wawan dan Pak Bara. Tanpa malu-malu lagi aku memegang penis yang sudah sangat tegang itu. Lidahku ikut bermain-main dan menjilati batang penisnya yang tegak mengacung. Dengan terpaksa aku mulai membenamkan penis Pak Jono yang hanya masuk sebagian ke dalam mulutku lalu mengulumnya hingga pipiku terlihat cekung ke dalam.
Aku sempat melirik ke arah Pak Wawan dan Pak Bara sudah duduk memakai celana panjang mereka sambil menghisap rokok dan meminum kopi dengan tontonan mereka yang lebih seru dibandingkan Piala Dunia, yaitu aku yang sedang dikerubuti oleh dua orang lelaki berkulit hitam alias Pak Diman dan Pak Jono.
Baru beberapa menit aku melakukan oral seks, Pak Jono ternyata sudah mencapai klimaks.
“Uhuuuk!! Uuuhuuuuuk…!!” aku yang tidak menyangka kalau penis Pak Jono akan ejakulasi secepat itu sempat tersedak, hingga sebagian sperma tersebut menetes keluar dari mulutku.
Namun seperti sudah ketagihan, aku terus berusaha untuk melahap, menjilati dan mengulum penis itu hingga bersih dari sisa-sisa sperma yang masih menempel.
“Aaaaaaaaagghh…!!” Pak Jono hanya dapat melenguh pasrah menikmati layanan lidah dan mulutku tanpa dapat berkata apa-apa.
“Lho kok Pak Jono udah keluar aja? Nggak tahan sama sepongannya Neng Tita yah? Apalagi kalo sama memeknya yang masih seret Pak…” kata Pak Bara dengan nada sedikit mengejek disambung tawa Pak Wawan yang duduk di sebelahnya.
Walaupun Pak Jono berusaha untuk tidak mendengarkan komentar dari teman-temannya, namun tetap saja aku dapat melihat wajahnya yang tersipu malu.
Sementara itu Pak Diman masih terus menggerakkan penisnya ke dalam vaginaku dengan sangat cepat. Saat itu yang dapat terdengar hanyalah suara gesekan penis dengan vagina serta suara desahan nafasku dan Pak Diman yang saling memburu. Sambil menggenjot dia juga bergantian menjilati daerah leher dan payudaraku. Apa yang dilakukan olehnya semakin membakar sensasi seksual tubuhku yang terus menggeliat penuh nikmat.
Sodokan demi sodokan Pak Diman benar-benar luar biasa, seolah memompa gairahku menuju orgasme. Keringat Pak Diman sampai jatuh membasahi tubuhku yang juga tidak kalah basah oleh keringat.
“Aaaaaaaaaaaaahh… Sayaaaaaa keluaaaaarr Paaaak…!!” karena sudah tidak tahan lagi aku melepaskan orgasmeku yang ketiga.
“Oooooohh… Sa-sayaaaa jugaaaaa keluaaaaar Neeeeng…!! Ooooooh…!!!” erang Pak Diman panjang ketika memuntahkan cairan putihnya ke dalam vaginaku bersamaan dengan orgasmeku yang sudah kutahan-tahan dari tadi.
“Eeenngghhh… Eeeemmhhh…” tubuhku mengejang sambil tetap melingkarkan kedua kakiku pada pinggang Pak Diman.
Vaginaku kini terasa hangat oleh semburan sperma milik Pak Diman yang bercampur dengan cairan orgasmeku. Kini daerah sekitar vaginaku yang sudah basah semakin banjir saja oleh sperma, sampai-sampai cairan itu meleleh di kedua pahaku.
“Heeeeeehh… Heeeeeeehh…” nafasku sampai tersengal-sengal karena sudah berulang kali mencapai orgasme.
“Oohh… Enak bener deh memeknya Neng Tita…!!” ungkap Pak Diman ketika sedang mencabut penisnya yang sudah tidak meneteskan sperma lagi.
Pak Diman dan Pak Jono yang sudah selesai menuntaskan nafsu setan mereka kepadaku juga masih terlihat terengah-engah. Sambil mengatur nafas, Pak Jono mencium dan menjilati leherku yang penuh butiran keringat dengan lembut, sedangkan Pak Diman yang tadinya ingin melumat bibirku, namun aku menolaknya karena mau mengatur nafasku dulu, kembali meremas-remas kedua buah payudaraku.
Setelah nafas kami bertiga sudah normal kembali, mereka berdua berjalan untuk mengambil pakaiannya masing-masing. Sedangkan aku berdiri dan bersiap memakai baju serta celana pendekku yang berserakan di depan TV yang sudah tidak menayangkan acara bola lagi.
“Udah dulu yah Bapak-Bapak. Saya mau pulang nih…” aku pamit kepada mereka semua yang masih terlihat kelelahan.
“Jangan pulang dulu dong Neng Tita!” Pak Bara melarangku pergi sambil memegang tanganku.
“Emangnya Bapak-Bapak masih belum puas?” tanyaku.
“Iya!!” jawab mereka hampir bersamaan.
“Tapi kan Bapak-Bapak udah pada lemes kayak gitu. Lagian saya juga udah capek banget nih…” kataku berharap mereka mau mengerti.
“Bentaran juga udah kuat lagi kok Neng…” kata Pak Wawan yang sepertinya masih penasaran karena dia memang belum merasakan bersetubuh denganku.
“Aduh gimana ya? Udah malem banget nih Pak…” aku berusaha mencari alasan untuk menolak permintaan mereka.
“Ayo dong… Neng Tita mau kan?” pinta Pak Wawan dengan memelas.
“Iya Neng!! Kan dingin kalo cuma kami berempat. Kalo ada Neng Tita kan bisa bikin kita-kita jadi anget…” tambah Pak Diman.
“Bapak kan juga belom ngerasain ngentot sama Neng Tita…” sambung pak Jono lagi.
“Ya udah boleh deh. Asal Bapak-Bapak semua mau janji nggak bakal ceritain hal ini sama orang lain. Gimana?” tanyaku.
“Yah kalo itu mah nggak usah disuruh Neng! Masak iya kami mau bilang-bilang sih…” jawab Pak Wawan menyanggupi.
Karena terlanjur menyanggupi permintaan bapak-bapak ini, aku yang baru mengenakan celana dalamku mulai melepaskannya lagi, hingga kini tubuhku sudah dalam keadaan bugil. Penis milik Pak Wawan, Pak Diman, Pak Bara dan Pak Jono yang tadinya sudah dalam keadaan lemas mulai mengeras lagi karena melihat tubuh putih mulusku yang tidak tertutup sama sekali.
Kemudian aku mulai memanggil mereka satu per satu dan membiarkan vaginaku menjadi bulan-bulanan lidah mereka. Bahkan ketika masing-masing sudah mendapatkan jatah untuk mencicipi vaginaku, mereka berempat kembali menjilati seluruh tubuhku sehingga berlumuran air liur mereka.
“Maen lagi yuk Neng Tita…” pinta Pak Wawan tidak sabaran.
“Silakan Bapak-Bapak nikmatin tubuh saya sepuasnya…” kataku mengijinkan.
Lalu dimulailah pelampiasan nafsu bejat empat orang pria tua terhadapku. Kali ini aku disetubuhi oleh empat Bapak-Bapak itu secara bergiliran. Mulai dari Pak Wawan, Pak Jono lalu Pak Diman dan yang terakhir oleh Pak Bara. Mereka juga menikmati tubuhku dengan berbagai posisi.
Karena mereka sangat menikmati himpitan vagina serta teknik oral seks-ku, maka mulai dari vagina, mulut bahkan seluruh tubuhku terus-menerus disemprot sperma oleh mereka berempat. Aku juga sudah tidak bisa menghitung lagi berapa kali aku mengalami orgasme. Setelah sudah benar-benar kelelahan, kami yang masih dalam keadaan bugil beristirahat sembari minum air dan mengobrol.
“Gimana Bapak-Bapak? Udah puas kan sekarang?” tanyaku di tengah-tengah obrolan kami.
“Puas bangeeeet…!! Abisnya udah Neng Tita cakep… Memeknya rapet lagi…!!” jawab Pak Diman dengan cepat.
“Neng, kan dari tadi peju kami berempat dikeluarinnya di dalem… Apa Neng Tita nggak takut hamil?” tanya Pak Bara yang paling banyak menyemprotkan spermanya ke dalam vaginaku.
“Emang Bapak-Bapak nggak mau tanggung jawab kalau nanti saya hamil?” tanyaku memasang wajah serius.
Dengan seketika wajah mereka langsung terlihat pucat mendengar pertanyaanku barusan.
“Hihihi… Bapak-Bapak tenang aja… Saya lagi nggak subur kok sekarang…” tentu saja aku tidak dapat menahan tawa melihat raut muka mereka berempat yang sedang ketakutan.
Akhirnya mereka semua ikut tertawa lega setelah sadar kalau yang kutanyakan tadi hanya sekedar gurauan saja.
“Bapak-Bapak, saya pamit pulang dulu yah. Udah malem banget nih…” ujarku seraya melihat jam di HP-ku yang sudah menunjukkan pukul 12 malam.
“Tapi kapan-kapan Neng Tita mau nemenin kami jaga lagi kan?” tanya Pak Diman.
“Boleh aja Pak. Asalkan yang lagi jaga Bapak-Bapak berempat…” jawabku sembari memakai pakaianku.
“Gampang! Itu mah bisa Bapak atur!” jawab Pak Bara yang memang bertugas mengatur jadwal jaga.
“Tapi jangan keseringan yah Pak! Lama-lama saya bisa hamil dong…” candaku.
“Hehehe… Pokoknya beres deh Neng!” jawab Pak Wawan sambil tertawa.
“Ya udah saya pulang dulu ya Bapak-Bapak…” kataku sambil bergegas keluar pos jaga karena takut mereka ingin menikmati tubuhku lagi.
“Hati-hati ya Neng…!!” teriak mereka serempak.
Aku pun langsung berlari menuju rumah karena suasana di sekitar rumahku sudah sangat sepi dan gelap. Dalam perjalanan pulang aku sempat mengingat kejadian yang baru aku alami tadi merupakan pengalaman baru dan sungguh memuaskan. Pada dasarnya aku memang sangat menikmati seks keroyokan seperti tadi, apalagi ditambah yang menyetubuhiku adalah Bapak-Bapak yang sudah tentu sangat berpengalaman.
Setibanya di rumah aku melihat lampu sudah gelap dan tidak terdengar lagi suara TV menyala.
“Kayaknya Winnie udah tidur…” pikirku maklum karena sekarang sudah lewat tengah malam.
Setelah mengunci pintu gerbang dan pintu depan, aku langsung menuju ke kamar mandi untuk membasuh tubuhku yang bermandikan sperma. Aku memperhatikan vaginaku yang terlihat memerah dan masih terlihat dengan jelas noda bekas sperma. Karena masih terasa sakit, aku membersihkan vaginaku perlahan-lahan dengan sabun khusus hingga noda tersebut benar-benar hilang.
Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, aku merebahkan tubuhku yang sangat lelah setelah hampir 2 jam dinikmati oleh Bapak-Bapak tadi. Untunglah besok hari Sabtu, sehingga aku bisa istirahat seharian penuh. Tak butuh waktu lama aku pun akhirnya tertidur dengan pulas.

Adik SMP yg menggairahkan (New PUASA)

lia adalah seorang siswi disebuah smp di kota “K”,kini dia duduk dibangku kelas 2.diusianya yang masih sangat belia,telah menampakan kecantikan yang membuat teman-temannya mengaguminya.tubuhnya yang langsing nan tinggi,serta rambutnya yang panjang dan lurus,juga matanya yang begitu syahdu menggoda dengan kulit tubuh kuning langsat.tak hanya membuat teman-temannya tergila-gila,tapi juga para guru yang brengsek dan juga penjaga sekolah serta satpam sekolah tersebut.
Suatu hari,muncul ide busuk dari mereka.mereka ingin mendapatkan tubuh lia dengan berbagai cara.akhirnya disusunlah sebuah rencana untuk menjebak lia.
Sabtu siang akhirnya rencana itu dijalankan,pak paimin si penjaga sekolah bertugas menggiring lia keruang guru untuk menemui pak yono.
“mba..mba lia..”.panggil paimin.
”ada apa pak?”. Balas lia.
“mba lia ditunggu pak yono diruangannya”. Terang paimin.
“ada apa yah?”tanya lia agak curiga.
Akhirnya lia menurut,ia menuju ruangan pak yono dengan paimin dibelakangnya.
Paimin terus menatap tubuh lia dari belakang,terutama dibagian pantat yang masih tertutup rok biru itu.sungguh indah bentuknya.
Akhirnya lia sampai diruangan pak yono.
“selamat siang pak!”sapa lia.
“selamat siang,oh kamu silahkan masuk.” jawab pak yono.
Baru saja lia duduk,tiba-tiba dari belakang ada yang membekap mulutnya ternyata itu adalah pak asep seorang satpam disekolah tersebut.seketika itu pula kepala lia terasa pusing,matanya mulai terasa berat hingga akhirnya dia tak sadarkan diri.
“akhirnya kita dapet juga”.seru paimin.
“ayo cepat bawa dia”.sambung pak yono.
Setelah beberapa saat tak sadarkan diri,akhirnya kesadaran lia mulai kembali,dia merasa berbaring ditempat yang empuk,tubuhnya masih lemas,serasa ada bau yang menyengat dari tubuhnya serta ada rasa lengket disana sini.hingga akhirnya dia sadar disekelilingnya ada pak yono,pak asep dan pak paimin yang sedang memainkan penis mereka,dan rasa lengket dan aroma menyengat itu adalah sperma dari ketiga lelaki tersebut.
Liapun segera bangkit dan mencoba untuk lari,namun terlambat pak paimin segera menangkapnya dan menariknya kembali kematras.akibat tarikan pak paimin yang kuat,membuat beberapa kancing baju seragam lia terlepas.kontan saja langsung membuat lelaki yang melihatnya bernafsu.begitupun mereka bertiga,mereka langsung berebut untuk meremas payudara lia yang baru saja tumbuh.mereka tak memperdulikan jeritan dan erangan lia yang merasa kesakitan karna payudaranya diremas begitu kuat.
“wah,empuk banget nih susu..enak..bikin gemes aja deh”. Celoteh paimin.
“iya,pentilnya juga bagus,warnanya coklat muda”. Sambung pak asep.
Kemudian pak yono menarik bra lia yang sudah melorot itu untuk melepaskannya.
Kini payudara mungil yang baru tumbuh itu benar-benar terlihat jelas.sepasang payudara itu bergerak naik turun mengikuti tarikan nafas lia yang semakin berat.nampak baju seragam yang masih melekat kini basah oleh keringat lia dan juga bekas sperma ketiga pria tersebut.diwajahnya yang imut juga ada noda sperma yang bercampur dengan airmatanya.
Melihat payudara yang begitu menggoda,pak asep dan pak paimin berebut untuk menghisapnya,kini kedua payudara lia menjadi santapan dta lelaki bejad yang tak berperasaan.sementara pak yono sudah menyikap rok biru milik lia dan menurunkan celana dalamnya,dia begitu terperangah menyaksikan vagina muridnya yang masih berupa garis lurus dan ditumbuhi sedikit rambut.pak asep dan pak paiminpun menghentikan aktiviasnya dan mencopot seragam smp milik lia.kini yang melekat ditubuh lia hanya rok biru yang kini melingkar dipinggulnya.
Kemudian pak asep dan pak paimin mengangkat kaki lia dan menariknya hingga menyentuh payudara lia dan membuat pantatnya terangkat.hal itu memudahkan pak yono untuk menggarap vagina lia.
Pertama pak yono menjilati vagina lia dan mulai menyentuh vagina lia,jari-jari pak yono berusaha membuka bibir vagina lia.namun,tak nampak lubang disana ini membuktikan bahwa vagina itu masih sempit dan perawan.perlahan pak yono memasukan kedua jempol tangannya dan kembali membuka vagina lia,kini lubang kecil mulai nampak kemudian pak yono menyentuh klitoris lia dan lubang itu mulai membuka sedikit demi sedikit.pak yono melanjutkan aksinya kini dia meludahi lubang vagina lia yang mulai terbuka,air liur pak yono langsung memenuhi lubang tersebut dan meleleh kebawah.
“sekarang waktunya sayang!”. Kata pak yono sambil mengarahkan penisnya kevagina lia.
“jangan pak,tolong saya masih perawan,jangan pak…”. Pinta lia.
Namun itu tak menyurutkan niat ketiga bajingan itu.asep dan paimin tak henti-hentinya meremas dan menyedot payudara lia.
“min,susunya enak banget yah..kenyal banget!”. Komentar asep.
“iya,tapi sayang belum keluar air susunya”. Balas paimin.
Pak yono mulai menempelkan penisnya dan bersiap untuk memperkosa lia.
“jangan pak…jangaaaann….!”. Jerit lia yang mulai merasakan penis pak yono masuk kevaginanya.
Namun,pak yono tak memperdulikan itu.bahkan dia terus berusaha menanamkan penisnya divagina lia.
“gila nih memek,sempit banget…enaak..”. Erang pak yono.
Lia hanya bisa pasrah dan meneteskan air matanya.tiba-tiba lia menjerit keras.
“aaaahhh……sakiiiiit!!!”. Jerit lia.
Rupanya penis pak yono sudah masuk seutuhnya ke vagina lia.sementara dia menghentikan gerakannya untuk memberi waktu kepada vagina lia dan merasakan kehangatan vagina muridnya.
Sementara pak paimin dan pak asep masih asik memainkan payudara mungil milik lia,puting lia yang baru tumbuh menjadi mainan yang tak membosankan.sementara tangan lia mereka gunakan untuk mengocok penis mereka sambil sesekali memaksa lia untuk mengoral penis mereka.
Lia mulai merasakan pegal ditubuhnya apalagi dengan posisi kaki yang diangkat dan direntangkan lebar oleh pak yono semakin membuat terasa pegal.
Sebelum pak yono menggenjot vagina lia,rupanya pak asep dan pak paimin yang sedari tadi penisnya dikocok oleh tangan lembut lia dan sesekali dihisap juga oleh mulut mungil lia,mulai merasakan orgasme.merekapun segera menumpahkan sperma mereka kewajah dan payudara lia crot…crot…crot,bahkan pak asep memaksa lia membuka mulut dan menumpahkan sebagian spermanya disana.
“gila kocokannya enak banget,tangannya lembut!”. Komentar paimin.
“iya,mulutnya juga enak buat nyepong”. Sambung pak asep.
Akhirnya mereka menjauh dan memberi kesempatan kepada pak yono untuk menggenjot vagina lia.
Pak yono mulai menggerakan penisnya perlahan,tentu saja ini membuat lia kesakitan dan merasa panas pada vaginanya.
“ah,,,,sakiiittt…t!”rintih lia.
Namun pak yono tak memperdulikannya,dia malah terus menambah kecepatan penisnya hingga menimbulkan suara diantara alat kelamin mereka.payudara lia berguncang tak tentu karena genjotan pak yono.hal itu membuat pak yono gemas kemudian mengambil seragam putih milik lia untuk mengelap payudara lia yang penuh dengan sperma asep dan paimin.setelah bersih pak yono meremas payudara kanan lia dan menghisap puting payudara kiri lia.lama kelamaan pak yono merasa penisnya basah,rupanya lia sudah mencapai orgasme.
“wah,muridku keenakan ampe ngeluarin peju”. Celoteh pak yono.
Mendengar itu lia langsung malu,wajahnya yang penuh sperma semakin membuat nafsu pak yono meninggi.hingga akhirnya pak yono merasa akan klimaks dan mempercepat gerakannya.
“aah…ahh…ahh…enaaak”. Lengkuh pak yono.
Hingga beberapa detik kemudian pak yono mencapai puncak dan menyemburkan banyak sekali sperma divagina lia.sambil menuntaskan orgasmenya,pak yono meremas payudara lia dengan sekuat tenaga.hal ini membuat lia menjerit sejadi-jadinya.
“aaaahhh….sakit pak..udah..udah.. Cukup pak”jerit lia.
“diam kamu,telen aja semua peju bapak dimemekmu!”. Bentak pak yono.
Akhirnya pak yono terkulai lemas diatas tubuh lia.kaki lia yang sedari tadi diangkatpun kini sudah diturunkan.
Pak yono benar-benar menggilai muridnya ini.penisnya masih tertancap dalam vagina lia dan mulai mengecil hingga akhirnya terlepas.
Nampak sperma bercampur darah mengalir dari vagina siswi smp tersebut.kemudian pak yono bangkit dan memaksa lia untuk mengoral penisnya.
“ayo manis,bersihin kontolku yah..!perintah pak yono.
Liapun dengan terpaksa membuka mulutnya dan mengemut penis pak yono.setelah itu,pak yono mengambil rambut panjang lia yang juga basah oleh sperma untuk mengelus penisnya.setelah puas,pak yono mundur.namun penderitaan lia belum selesai,karena masih ada asep dan paimin yang menunggu giliran mereka.
Paimin segera merebahkan diri disebelah tubuh lia,kemudian asep membopong lia dan menaruhnya diatas penis paimin.kemudian mereka bekerja sama untuk memasukan penis paimin ke vagina lia.
“cepet sep,bantuin gue masukin kontol kememeknya lia”. Perintah paimin.
Akhirnya perlahan penis itu menembus vagina lia.lia yang sudah lemas pasrah saja mendapat perlakuan tersebut,sementara tubuhnya masih ditopang oleh asep sambil asep meremas payudara lia.
Paimin terus menyodok vagina lia dari bawah,kemudian asep yang sudah tidak sabar langsung mendorong tubuh lia hingga menempel ke dada paimin.yang terjadi selanjutnya adalah asep berusaha menyodomi lia.pertama-tama dia membuka kaki lia lebar-lebar kemudian pantat lia yang bulat juga dibuka kemudian dijilatinya.setelah itu,asep mulai memasukan jari telunjuknya keanus lia.tentu saja itu membuat lia kesakitan,apalagi masih ada penis divaginanya.
Setelah dirasa cukup,asep mulai mengarahkan penisnya kelubang anus lia yang sedang berada diatas tubuh paimin.merasa ada benda aneh yang masuk keanusnya kontan membuat lia kaget dan kesakitan.
“aduuuhh…sudaah..jangaaaann…!!!”. Jerit lia.
Tangispun kembali pecah,namun tak mengurangi nafsu kedua orang tersebut.kini tubuh gadis smp itu berada diantara dua tubuh lelaki yang sedang mengejar kenikmatan masing-masing.
Rambut lia yang panjang menjadi mainan baru untuk asep.rambut yang basah oleh keringat itu dielus-elusnya.sementara tangan paimin terus meremas payudara lia yang menempel didadanya.
mereka terus menggenjot tubuh lia yang sudah semakin lemah,hingga akhirnya mereka orgasme dan menumpahkan sperma dikedua lubang milik lia.
“ah,gue nyampeee..gila nih memek enak bangeett..!”. Jerit paimin.
“iya pantatnya juga semog legit!”. Sambung asep.
Lia hanya menangis dan berharap semua cepat berakhir.penis asep dan paimin masih betah ditempatnya merasakan kehangatan lubang milik lia.hingga akhirnya asep bangkit dan mengangkat tubuh lia.
“sekarang giliranku!”. Ucap asep seakan tak kenal lelah.
Tanpa basa-basi dia mengangkangi kaki lia dan segera menggenjot vaginanya.tangannya tak henti-hentinya meremas payudara lia sambil terkadang melumatnya.dia juga beberapa kali mencium bibir lia yang sensual dan juga leher jenjang milik lia.hingga akhirnya datanglah orgasmenya dan lagi-lagi vagina lia menjadi tempat pembuangan sperma.
Kini mereka semua sudah lemas,nampak jelas terdengar hembusan nafas dari mereka.sudah lebih dari 3 jam mereka menggarap tubuh lia yang sudah tak berdaya.mereka juga memperkosa lia dengan posisi berdiri dan tubuh lia diapit ditengah.mereka juga menggantung tubuh lia secara terbalik dan memisahkan kaki kiri dan kanan sehingga memperlihatkan vaginanya,mereka bergantian memasukan jari dan meludahi kedua lubang milik lia.tak hanya itu,mereka juga menyuruh lia push-up,sit-up dan kayang dalam keadaan bugil dan ada beberapa pensil menancap divagina dan anusnya.setelah puas mereka memanggil anak buahnya yang tak lain adalah murid kelas 2 dan 3 yang terkenal bengal dan nakal.jumlah mereka ada 20 orang.
“wah,akhirnya kesampean juga ngentotin lia”ujar salah satu dari mereka.
“iya neh udah lama gue napsu ama nih anak apalagi kalo gue liat toketnya..rasanya pengen gue remes ampe pecah!”. Sambung yang lain.
Tubuh lia yang berdiri terikat tak bisa berbuat banyak
Dan akhirnya mereka bergantian menggenjot vagina lia dan yang belum kebagian mengocok penis mereka dan menyemburkan ditubuh lia.
Lutut lia terasa lemas.mungkin jika tangannya tak terikat dia sudah jatuh,kini vagina lia sudah merah dan dipenuhi sperma.
Mereka melepas ikatan lia dan menelentangkannya dimatras dan kembali menggarapnya.
Sungguh,ini pengalaman yang sangat pahit bagi lia.gadis smp itu harus mengalami tindak kekerasan seksual dari guru dan teman-temannya.
Sejak saat itu,murid-murid yang sudah merasakan vagina lia terus meminta “jatah” dari lia.bahkan seseorang dari mereka pernah memainkan vagina lia disaat sedang pelajaran.tentu saja sang guru tak curiga karna dia adalah pak yono.lia juga sering disuruh mengoral atau mengocok penis mereka.kini,entah bagaimana nasib lia.karna tak kuat dengan semua itu,perlakuan mereka yang terakhir sungguh tak manusiawi.mereka menelanjangi lia ditengah lapangan setelah bubar sekolah,mereka juga memaksa lia bermain basket tanpa sehelai benangpun.disela-sela ia main basket ada saja pria yang menggerayangi tubuhnya bahkan memperkosa lia dalam posisi berdiri.setelah itu,mereka membaringkan tubuh bugil lia ditengah lapangan dibawah terik matahari dan tongkat satpam divaginanya.para pria mengocok penis mereka dan memuntahkan sperma ditubuh lia,bahkan ada yang mengencingi dia.sekarang lia pergi entah kemana.

Cerita SEKS DEWASA (New PUASA)

Yayuk adalah adalah sepupu Ibuku, pada usia 24 tahun gadis yang masih terlihat polos ini dilamar dan dinikahkan dengan Heru, seorang sarjana ekonomi yang pada waktu itu sudah berdinas sebagai Staf Muda kantor pajak di salah satu kota di Kalimantan. Setelah menikah Yayuk dibawa untuk tinggal di sana dan bersama mereka tinggal juga Ibu mertua Yayuk.
Setahun setelah menikah, Heru mengajak istri dan Ibunya untuk berlebaran di kampungnya di Jawa. Mereka mengambil transportasi lewat laut yang lebih murah karena dititipi untuk membawa barang-barang berupa perabot meubel pesanan seorang atasan Heru di Jawa. Waktu itu belum ada kapal penumpang Pelni yang bagus sehingga terpaksa menumpang sebuah kapal barang. Kebetulan saat menjelang Lebaran itu penumpang di semua angkutan memang penuh. Di kapal yang ditumpangi Yayuk pun semua cabin awak kapal sudah habis disewakan sehingga keluarga Yayuk tidak kebagian kamar lagi dan terpaksa menggelar tikar di salah satu geladak kapal, itu pun kebagian geladak sebelah luar yang ditutupi terpal.
Karena suasananya berangin dingin tidak menyenangkan, sesaat kapal bertolak, Yayuk yang berpembawaan berani tanpa memberitahu keluarganya diam-diam menghadap sendiri kepada Kapten kapal menanyakan kemungkinan ada kamar lagi untuk mereka. Oleh Kapten dia diminta menanyakan sendiri pada Enos, Perwira Satu yang mengatur masalah penumpang. Pergi menemui Enos di kamar kerjanya Yayuk baru di jumpa pertama sudah sempat tertegun melihat ketampanan laki-laki yang simpatik ini, tapi di situ meskipun sudah merengek-rengek ternyata memang tidak ada kamar lagi. Dalam pada itu Enos yang juga sekali melihat sudah langsung tergiur dengan kecantikan dan kemulusan Yayuk, mencoba iseng menggoda karena dinilainya perempuan muda ini jinak dan mudah didekati. Waktu itu Yayuk sedang merayu untuk diperbolehkan dia dan Ibu mertuanya menggunakan kamar kerja Enos.
“Waduh gimana ya Yuk, nanti Mas nggak punya tempat kerja lagi. Tapi.. hmm.. bisa juga sih, asal nanti Yayuk sendiri tidurnya di kamar sebelah situ, gimana, bisa kan?” kata Enos yang sebetulnya sudah kasihan akan memberi cuma saja disertai iseng-iseng merayu sambil menunjuk kamar tidurnya di sebelah.
“Lho itu kan kamar tidur Mas, lalu Mas sendiri tidurnya di mana?”
“Ya sama di situ juga.”
“Ihhik.. berdua di situ sih malah bukannya tidur Mas.. Lagipula Ibu Yayuk nanti mau di kemanain?” jawab Yayuk tertawa malu-malu genit.
“Kan bisa aja, mula-mula berdua Ibu di sini tapi kalau Ibu sudah tidur kamunya pindah ke kamar Mas,” kata Enos semakin berani berlanjut.
“Wihh.. itu sih nekat Mass.. nanti ketauan Ibu malah rame nggak karuan,” Yayuk tertawa geli sambil memukul canda pangkal lengan Enos yang mulai merapat kepadanya.
Keduanya ketika itu berbicara sambil berdiri berhadapan.
“Kalau cuma bikin supaya nggak ketauan sih gampang, yang penting maunya dulu, nanti diaturnya belakangan.”
“Ah Mas sih guyon aja, nanti udah gitu tapi tau-taunya harga sewanya dimahalin juga?”
“Ini bener-bener serius, pokoknya kalau mau malah bisa Mas kasih gratis,” kejar lagi Enos tapi sudah mulai menarik Yayuk merapat padanya.
Enos 30 tahun, laki-laki playboy peranakan Menado-Jawa ini memang pintar memanfaatkan ketampanannya untuk menaklukkan wanita. Yakin bahwa Yayuk bisa ditaklukkan, dia makin berani apalagi dilihatnya ada kesempatan terbuka. Begitu rapat dia pun mulai merangkul pundak Yayuk.
“Tapii.. gimana caranya Mass..” terdengar nada Yayuk bimbang tergiur tawaran Enos.
“Pokoknya tenang aja.. Bilang mau dulu nanti Mas yang jamin pasti aman..”
Kali ini bujukan Enos sudah diikuti aksinya. Yayuk yang masih menunduk malu-malu diangkat dagunya untuk diajak bertatap mesra. Dan ketika Yayuk masih terdiam ragu, Enos sudah menunduk dan memberinya satu ciuman dalam menempel di bibirnya. Yayuk sempat gelagapan, tapi ajakan berciuman laki-laki berwajah tampan simpatik ini cepat saja memukaunya dan melambungkannya dalam asyik. Sehingga dia jadi terikut membalas melumat, saling bergelut lidah bertukar ludah. Yang begini jelas tambah memperlemah Yayuk karena tiba-tiba tubuhnya terasa melayang dipondong Enos dibawa berpindah ke kamar tidur sebelah. Tentu saja Yayuk kaget, meronta-ronta untuk lepas tapi bibirnya disumbat ketat oleh bibir Enos dan baru dilepas ketika tubuhnya sudah dibaringkan di atas tempat tidur.
“Aduhh nggak Mas, aku nggak mau..! ja.. jangan Mass, jangan sekarang..!” panik dia ingin ke luar dari kepungan Enos tapi cepat dibujuk Enos.
Yayuk memang sudah mulai terbujuk Enos tapi suasananya dianggap tidak cocok saat itu.
“Sstt, sst tenang aja.. Mas juga nggak ngajakin sekarang kok..?”
“Tapi ngapain aku dibawa ke sini!?”
“Mas cuma mau buktiin lewat ciuman tapi kuatir di sebelah situ ada yang mergokin kita, kalau di sini kan aman. Tenang aja, percaya sama Mas deh.”
Yayuk terbujuk lagi dan agak tenang, dia pun segera menerima lagi ciuman dan lumatan Enos. Kembali dia melambung dalam asyiknya berciuman, di sini Enos semakin menjadi-jadi. Tangan pelaut senior ini cepat saja menyusup lewat bawah rok Yayuk, mendarat di selangkangannya langsung meremasi bukit kemaluannya. Lagi-lagi Yayuk kaget ingin lepas tapi posisinya sudah dibuat terkunci lebih dulu oleh Enos yang sewaktu mengawali ciuman sudah naik berbaring di sebelahnya. Di atas mulutnya disumbat ciuman, masing-masing tangan yang sebelah ditindih dan sebelah lagi dicekal tangan Enos yang melingkari bawah lehernya, sementara sebelah kaki Enos pahanya menyusup di tengah selangkangan menjaga paha Yayuk tidak bisa merapat.
Semakin keras Yayuk berusaha, semakin ketat tekanan Enos dan semakin gencar terasa rangsangan Enos di kemaluannya. Bukan sekedar meremasi dari luar lagi tapi Enos sudah menyusupkan tangannya langsung bermain di bibir kemaluannya. Di situ jari-jarinya sudah meraba-raba celah lubangnya mulai mengiliki kelentitnya. Masih terakhir Yayuk berkutetan sebentar tapi kemudian kalah juga, malah mengikuti rangsangan jari Enos yang mulai meningkatkan birahinya terangkat naik. Apalagi ketika satu jari Enos ditelusupkan ke dalam lubang dan mulai mengorek-ngorek di dalam situ, Yayuk dari semula ingin berontak lepas, sekarang malah pasrah kepada Enos. Ini dibuktikan ketika Enos mengendorkan cekalan tangannya, Yayuk ternyata tidak ribut ingin lepas malah terdiam hanyut dengan mata terpejam menikmati asyik ciuman bergelut lidah sambil lubang kemaluannya dilocoki jari Enos.
Ini di luar dugaan Enos mendapati Yayuk yang kebetulan cepat sekali terangsang berahinya. Memang sadar sekarang bukan waktu yang tepat untuk bercinta tapi untuk langsung berhenti Enos tidak tega sebab dilihatnya Yayuk sudah terlalu hanyut jauh mendekati orgasmenya. “Hhghh ssh..” betul juga, mengerang pelan terdengar suara Yayuk meskipun tidak kentara tapi Enos tahu bahwa Yayuk sedang berorgasme saat itu. Sebentar digencarnya rangsangan membantu Yayuk sampai terasa mengendor barulah Enos berhenti. “Tuu kaan, percaya kalau Mas nggak mau jahat sama Yayuk. Ini cuma sekedar supaya lebih kenal deket, soalnya cewek cantik kayak Yayuk gini bikin Mas langsung gemes pengen cium sambil diremes-remes. Ayo, rapiin dulu bajunya habis itu bisa ajak Ibunya ke sini,” kata Enos dalam gaya merayu lembut simpatik untuk tetap mengambil hati Yayuk.
Caranya seperti sudah yakin bahwa Yayuk pasti akan menyetujui tawarannya tapi memang Yayuk juga seperti tersihir dengan undangan itu. Dia hanya sempat ragu-ragu waktu berjalan menemui keluarganya, cuma saja di situ dia justru mengikuti apa yang ditawarkan Enos untuk mengajak Ibu mertuanya menginap di kamar kerja Enos. Tentu saja Ibu senang dengan kebaikkan Enos, padahal Yayuk sendiri setelah itu berdebaran jantungnya menunggu pengalaman baru yang akan dialaminya malam nanti.
Kapal keluar mengarungi lautan, siang itu sudah langsung diterpa ombak membuat para penumpang mulai pening. Lewat makan malam sebagian besar sudah menggeletak lunglai termasuk Ibu dan Yayuk. Melihat itu Enos memberi pil anti mabuk pada Ibu, tapi ketika Yayuk juga minta, dia membisiki bahwa itu sebenarnya obat tidur dan Yayuk dicegah untuk ikut meminumnya. Betul juga menjelang tengah malam ibunya sudah terkulai pulas di sebelahnya dan ketika itu Enos yang sedari tadi kalau ke luar masuk lewat pintu tersendiri dari kamar tidurnya, kali ini pura-pura masuk dari pintu kamar kerja. Meyakinkan dulu bahwa Ibu benar-benar sudah pulas, dia menarik lengan Yayuk mengajaknya ke kamar sebelah. Yayuk yang sudah terkesan dengan kejadian siang tadi sudah tidak ragu-ragu untuk bergerak bangun mengikuti ajakan Enos ke kamar tidurnya. Baru saja masuk sudah langsung diangkat Enos dibaringkan di tempat tidur.
“Tapi Mass.. aku masih takut kalau ketauan..” bisik Yayuk menguatirkan perasaannya.
“Nggak usah kuatir.. Ibumu nggak akan bangun sampai besok pagi. Sini Mas yang bantu bukain bajunya ya..?” hibur Enos sambil menawarkan bantuannya tapi diambil alih sendiri oleh Yayuk.
Enos menutup sebentar gordyn tempat tidur yang umumnya terpasang khusus pada tempat tidur kapal, dia sendiri katanya akan ke kamar mandi dulu. Suasana ruangan remang-remang dengan hanya lampu meja menyala, di tempat tidur lebih gelap lagi terhalang oleh gordyn. Tidak lama Enos kembali hanya mengenakan sarung saja ketika naik menyusul Yayuk yang rupanya betul-betul patuh sudah bertelanjang polos menuruti permintaan Enos. Meskipun samar-samar tapi cukup jelas terpandang tubuh padat Yayuk, sudah langsung melonjakkan gairah nafsu Enos namun begitu dia tetap menjaga kelembutannya agar tidak berkesan kasar pada perkenalan pertama ini. Dipikir-pikir nekat juga Yayuk sudah langsung pasrah dengan laki-laki yang baru pertama dikenalnya ini, tapi ketampanan yang memikat serta kepintaran Enos merayu betul-betul sudah menaklukan hati Yayuk. Siang tadi keasyikan yang dialaminya sudah begitu membuatnya terkesan, sekarang berulang lagi ketika kedua bibir mulai bertemu kembali membuatnya cepat jatuh dalam birahi karena dia memang sengaja menuju ke situ. Sambil bibir bertemu kecup mesra, diterimanya rangsangan tangan Enos yang menggerayang meraba dan meremasi tubuh kewanitaannya. Beda dengan tadi, Enos tidak lagi perlu keras terburu nafsu sebab Yayuk didapatinya sudah lebih dulu pasrah, lembut saja tapi cukup mengipasi bara birahi Yayuk terbakar menyala.
“Kita bikinnya pelan-pelan aja ya? Jaga suara supaya nggak didenger Ibumu..” begitu pesan Enos yang sekaligus membuktikan pada Yayuk bahwa sebenarnya laki-laki ini kalem dan bukan type kasar. Ini makin menenangkan Yayuk dan dalam tempo sekejap dia sudah terlupa pada suaminya yang sedang meringkuk kedinginan dan pening, tidur beralaskan tikar di lantai besi di geladak yang berangin kencang, sebab dia sendiri di atas kasur empuk sedang dipeluk hangat seorang lelaki tampan yang membuainya dengan kecupan mesra diiringi asyik susunya diremas-remas, dipilin-pilin geli puting susunya. Meningkat asyik lagi ketika mulut Enos selepas ciuman merambat dengan kecupan seputar leher, menurun hingga tiba di bukit susunya, di situ berganti-ganti kedua puncak bukitnya dikerjai kecapan mulut. Yayuk mulai menggelinjang meresapi geli-geli enak pentilnya dijilat-jilat dan dihisap-hisap mulut Enos yang terlatih. Tapi yang lebih membuatnya buntu kesadaran adalah ketika Enos melengkapi rangsangan dengan merambatkan sebelah tangannya ke arah selangkangan dan mengulang permainan siang tadi.
Membuka lebih lebar jepitan paha Yayuk, begitu terkuak segera tangannya menyusup dan mengawali dengan remasan-remasan di bukit kemaluannya sebelum disusul dengan jari-jarinya mengukiri celah lembabnya. Di sini saja sudah membuat Yayuk mengejang-ngejang dengan rahang terasa kaku. Apalagi sewaktu satu jari tengah Enos disogokkan menggeseki mulut lubang kemaluannya “Serr.. serr.. serr..” cairan pelicinnya mulai terpompa ke luar. Tapi serasa sudah banjir, Enos kelihatan masih asyik berlambat-lambat. Padahal kalau tidak teringat pesan tadi, ingin rasanya Yayuk merengek dan menggeliat-geliat binal disengat geli seperti ini. Rupanya Enos menunggu sampai betul-betul matang, barulah dia masuk ke babak utama. Berhenti sebentar untuk membuka sarungnya membebaskan batang kemaluannya, segera dia pun berpindah mengambil posisi di tengah selangkangan Yayuk. Dibubuhinya ludah dulu diujung kepala penisnya sebelum mulai dicucukkan ke lubang kemaluan Yayuk.
“Hhngghahh..” Yayuk tersedak tenggorokannya ketika mulai menerima desakan pertama ujung batang kemaluan Enos. Maklum masih asing dengan batang baru ini meskipun diingini juga untuk melepaskan tuntutan kepuasannya. Tapi kalau nada di atas kedengaran seperti kaget belum terbiasa, sambutan di bawah justru luar biasa. Baru di pembukaan pertama Enos sudah langsung mendapatkan kehangatan Yayuk. Karena diburu oleh tuntutan laparnya, kemaluan perempuan ini bergerak seperti refleks, menjepit dan menarik batang kemaluan Enos langsung dibawa tenggelam masuk. Kontan Enos kedodoran menurunkan tubuhnya seolah-olah ikut ditarik oleh sedotan lubang kemaluan itu. Tentu saja Enos senang bukan main mendapat partner bercinta yang mengasyikkan seperti ini.
Dalam pada itu Enos dari sebelumnya sudah mempersiapkan diri, batang kemaluannya yang kebetulan punya ukuran agak lebih besar dari milik suaminya Yayuk itu sengaja diolesi obat agar tegang lebih lama. Waktu baru masuk agak meringis juga Yayuk, tapi sesudah mulai bisa menyesuaikan diri dan Enos juga membantu dengan membakar lewat kecupan-kecupan mesra di seputar wajahnya. Yayuk mulai melanjutkan lagi memainkan otot-otot lubang kemaluannya. Diputar sebentar saja dia sudah menikmati asyik yang menggaruki liang kemaluannya. Makin dikocok makin menjadi-jadi rasa itu memaksa orgasmenya mulai mendekat untuk terlepas ke luar. Apalagi berikutnya Enos menyusuli dengan juga memainkan pantatnya naik turun menggesek-gesek batang kemaluannya, Yayuk makin cepat dibawa ke puncak permainan tanpa dapat terbendung lagi. Akhirnya memeluk mencengkerami punggung Enos diapun menyentak-nyentak sewaktu mulai berorgasme.
“Hhoghh.. sshhgh..” hanya suara tenggorokannya yang tersenggak mengiringi saat kepuasannya itu, berusaha disembunyikan dengan cara menggigiti pundak Enos. Enos jelas tahu keadaan Yayuk tapi dia tidak mau berhenti untuk memberi kesempatan Yayuk menarik nafas. Sebab liang kemaluan yang diputar-putar menjepit menarik-narik dan menganduk-nganduk itu sudah membuatnya terasa begitu enak, sementara dia sendiri belum kebagian terpuaskan. Repotnya buat Yayuk ialah lawan mainnya ini cukup tangguh dan berpengalaman, manalagi Enos memakai obat penunda rasa sehingga bisa berlama-lama menikmati keasyikkan permainan sementara Yayuk malah keteteran dibuatnya. Sudah banjir keringat keduanya namun permainan masih seru dan hangat sekali.
Padahal biasanya perempuan kalau terlalu lama disetubuhi sudah melemah dan menurun gairahnya, tapi batang kemaluan Enos yang keras kaku seperti ampuh untuk merangsang terus di jepitan liang kemaluana Yayuk memaksa orgasmenya keluar sambung menyambung. Sehingga ketika Enos akhirnya sampai juga pada ejakulasinya untuk pertama kali, Yayuk sendiri sudah untuk yang ke tiga kalinya. Begitu lepas Yayuk langsung terkulai lemas dengan tulang-tulang serasa dicopoti. Betul-betul lelah sekali tapi tidak urung satu hal sudah tertanam di hatinya yaitu kesan indah memuaskan sekali dari hasil permainan bersama Enos yang dinilainya begitu jantan dan batang kemaluannya pun luar biasa enaknya. Maklum, Yayuk selama ini hanya terpuaskan lewat milik suaminya saja. Dengan sendirinya begitu dapat dari Enos terasa lebih dari cukup untuk memuaskan kemaluan lapar milik Yayuk.
Kelanjutan malam itu meskipun Enos masih belum puas mengerjai Yayuk, tapi dia tidak memaksa ketika Yayuk karena perasaan takutnya berkeras untuk kembali tidur bersama Ibu mertuanya. Tapi cara Enos yang pintar mengambil hati begini justru menarik simpati Yayuk untuk mengulang lagi di malam berikutnya dengan senang hati. Begitulah selama perjalanan empat hari empat malam dari, kalau penumpang lainnya mabuk pening oleh goyang ombak lautan, Yayuk sendiri justru mabuk enak oleh goyang senggama bersama Enos. Meskipun perjumpaan singkat namun Yayuk sudah terpincuk ketagihan dengan Enos. Terbukti di saat-saat terakhir sekalipun di suasana yang boleh dibilang nekat tapi Yayuk toh mau juga menutup keisengannya bersama lelaki tampan itu.
Masih beberapa jam menjelang tiba, semua penumpang sudah sibuk mengemasi barang-barangnya. Waktu itu di kamar kerja Enos, suami dan Ibu mertua Yayuk juga sibuk mengemasi perlengkapan mereka sementara Yayuk sendiri sedang ke luar mandi. Yayuk selesai mandi dan berjalan kembali ke kamar kerja Enos, rupanya sudah ditunggu Enos di balik pintu kamar tidurnya. Begitu akan melintas di situ tiba-tiba pintu terbuka dan Enos langsung menangkap lengan Yayuk menariknya masuk ke kamar tidur itu. Karuan saja Yayuk kaget dan memberi isyarat bahwa keluarganya sedang berkumpul di sebelah. Tapi Enos berkeras sehingga meskipun serba salah terpaksa dituruti juga oleh Yayuk, apalagi di tikungan gang terdengar langkah kaki orang, Yayuk takut kalau terlihat bahwa dia sedang bertarik-tarikan dengan Enos di depan pintu.
Cepat dia meloncat masuk dan secepat itu juga buru-buru melewati celah pintu penghubung kamar sebelah yang terkuak. Pintu itu memang cuma bisa ditutup setengah dikaitkan dengan tali karena sudah rusak, tapi masih ada penghalang gordyn sehingga tidak terlihat keadaan di sini dari kamar kerja sebelah. Langsung mengambil tempat terlindung di arah ujung tempat tidur, Yayuk berdiri dengan jantung berdebaran sementara Enos membalik kaset menyetel musik untuk menunjukkan pada orang sebelah bahwa dia masih ada di kamar sekaligus untuk meredam suara kehadiran Yayuk.
“Iddihh Mas nekat ahh.. kalau ketauan aku di sini gawat nantinya.. Ehh, adduh! mau ngapain lagi Mass.. Sebentar lagi mau nyampe aku pasti ditungguin sekarang ini..!?”
Baru saja mengeluh Yayuk sudah menyambung protes kaget karena Enos tiba-tiba mengangkat tubuhnya untuk dibaringkan di tempat tidur. Meskipun begitu suaranya ditekan untuk berbisik pelan.
“Masih jauh nyampenya Yuk.. Soalnya Mas masih penasaran kamu. Nanti kapan lagi bisa ketemunya, paling-paling setelah lewat dari sini kamu lupa lagi sama Mas.”
“Ya enggak sih Mas, kan aku udah janji akan ngirimin surat buat Mas, siapa tau nanti ketemu lagi.”
“Itu sih tetap Mas tunggu, cuma untuk perpisahan sekarang ini kasih sekali yang terakhir kan boleh?” Enos menawar sambil tangannya bekerja untuk menurunkan celana dalam Yayuk.
“Tapi aku nggak enak Mass.. risih aku suamiku deket sekali di sebelah. Nanti kedengeran suaraku dia curiga, gimana alasannya?” Yayuk mengutarakan keberatannya meskipun begitu dibiarkannya juga celana dalamnya dilolosi lepas oleh Enos.
“Gampang, nanti bilang aja Mas Enos lagi ngasih bekal istimewa buat Bu Heru..”
“Bekal apa.. aahahngg..!?” Yayuk tersenyum geli dengan canda Enos tapi kemudian dia mengerang manja ketika tiba-tiba dirasanya celah kemaluannya kena disosor mulut Enos.
Sebentar dia kikuk kegelian mencoba untuk menolaki kepala Enos tapi karena Enos tetap berkeras, dia mengalah juga apalagi dia mulai merasakan enak kemaluannya dikerjai mulut Enos. Rasa geli-geli asyik ketika klitorisnya dijilat-jilat, digigiti gemas dan lubang kemaluannya disodok-sodok kaku ujung lidah Enos. Yayuk dengan suaminya belum pernah dipermainkan seperti ini. Jelas ketika mendapatkan permainan baru dari Enos, dia pun semakin menyukai Enos yang dinilainya pintar untuk bisa memberikan kenikmatan dan kepuasan dalam seks kepadanya. Sehingga kalau beberapa menit lalu dia masih setengah hati karena suami dan mertuanya sedang ada di sebelah, sekarang dia sudah tidak perduli apa-apa lagi. Buntu otaknya oleh rangsangan geli-geli mengasyikkan ini, menelentang diam dengan mata sayu terpejam-pejam mulut setengah menganga sambil terkangkang lebar memberikan kemaluannya yang terkuak bebas dikerjai Enos.
Enos sendiri baru kali ini melihat jelas bentuk kemaluan Yayuk, sebab selama ini selalu main dalam suasana gelap. Kontan gairah kelelakiannya terangsang oleh liang kemaluan yang montok dan menggembung menggiurkan ini, serasa rakus mulutnya mengecapi gemas-gemas nafsu diikuti jarinya mengoreki lubangnya yang lunak hangat. Asyik bermain di situ tapi lama-lama tidak tahan juga. Enos berhenti setelah melihat Yayuk sudah matang dirangsang, turun dia dari tempat tidur untuk menurunkan celananya. Berdiri di samping Yayuk kali ini dia sengaja membebaskan kemaluannya memamerkan batang telanjangnya dipandangi Yayuk dengan mata sayu bernafsu. Makin didekatkan batang itu ke muka Yayuk.
“Basahin sebentar sama ludahmu Yuk..!” pintanya menguji kesediaan Yayuk. Apa yang dimaksud segera dipenuhi Yayuk karena perempuan kalau sudah dibuktikan lebih dulu dihisap kemaluannya memang jadi murah hati. Padahal inipun masih risih dia melakukannya pada suaminya. Dalam berahinya terlupa sudah rasa risih dan jijik apalagi dengan lelaki bukan suaminya, langsung saja Yayuk mendekatkan kepalanya membawa mulutnya mencaplok kepala batang Enos. Segera dihisap-hisap dan dilocoknya bagian yang bisa tertampung di mulutnya berdasarkan nalurinya sambil memejamkan mata untuk ikut menikmati rasa yang terdapat di situ. Dia mulai mendapatkan keasyikan tersendiri dengan mengulum batang kemaluan lelaki seperti ini tapi sayangnya tidak berlama-lama karena Enos tidak ingin kehabisan waktu.
Meminta batangnya dilepas, Enos naik langsung menindih Yayuk dengan menempelkan rapat kedua kemaluan masing-masing, tapi rupanya dia belum langsung mulai, masih menggosok-gosokkan batang tegangnya di depan mulut lubang sambil mengajak Yayuk bercumbu diiringi kecupan mesra di seputar wajahnya. Kalau belum dimasukkan memang belum bereaksi, jadi Yayuk masih bisa meladeni cumbu rayu Enos, saling berbisik dengan juga membalas berkecupan sama mesranya.
“Kalau udah di rumah nanti jangan lupa sama Mas Enos, ya Yuk..?”
“He ehh.. aku nggak bakalan lupa sama Mas, abisnya pinter maennya. Tapi jangan-jangan Mas sendiri yang lupa sama Yayuk?”
“Oo nggak, Mas pasti keinget terus sama memeknya Bu Heru yang pinter ngocok sendiri ini..”
“Ngg.., kontolnya Mas Enos yang mantep..” balas Yayuk tersenyum geli.
“Bu Heru suka ya? tapi jangan bilang-bilang Pak Heru kalau memeknya dipakai Mas, ya?” kata Enos sambil mulai memasukkan batangnya di lubang kemaluan Yayuk yang sedari tadi sudah siap menganga di bawahnya. Begitu tertancap langsung disambung gerakan keluar masuknya pelan.
“Asal jangan kenceng-kenceng Maass.. nanti rusak, Pak Heru di sebelah bisa marah.. Sshh hmm.. enak banget kontolnya Mas Enos.. enaakk rassanya..” sambil bertimpal canda Yayuk pun segera meresap asyik garukkan batang kemaluan Enos, liang kemaluannya mulai mengimbangi dengan goyang mengocok seirama dengan Enos.
“He ehh.. sambil diputer-puter gitu Bu Heru.. Iyya sshh asyik kocokkannya.. sshmm..”
Keduanya mulai tenggelam dalam asyiknya bersanggama. Sekalipun suaminya berada dekat di sebelah dan namanya disebut-sebut tapi Yayuk betul-betul sudah terlupa dengan cinta sucinya kepada sang suami. Terlupa dirinya dalam nikmat beradu kemaluan dengan lelaki yang relatif baru dikenalnya ini. Satu-satunya yang masih teringat cuma menjaga suara jangan terlepas mencurigakan. Padahal kalau saja Heru tahu apa yang terjadi di balik dinding sebelah, tentu bisa pingsan dia saking dibakar cemburu. “Ssshh nghh.. aahsh mngh.. hhgh sshh.. ahh aaoohh dduhh.. mmhgng..” mungkin bisa terlepas ke kamar sebelah suara desah nafas dan erang tenggorokan keduanya yang keenakkan, tapi tentu saja Heru tidak curiga bahwa itulah erang rintih istrinya yang sedang berorgasme melepaskan kepuasannya. Kapal merapat dan penumpang turun, Enos dari anjungan atas hanya mengantar perpisahan ini dengan senyum manis disambut Yayuk yang membalas dengan juga tersenyum malu-malu geli.

Cerita SEKS dewasa (New)

Adik Temanku

Ketika itu aku masih kuliah di PTS di pulau Jawa. aku tinggal di suatu rumah dimana dalam 1 lantai ada beberapa kamar yg dihuni oleh aku dan teman2ku. suatu saat, salah satu temanku dikunjungi oleh 2 orang adiknya yg ingin berkunjung dan jalan2 dikota kami. beruntungnya bagi kami penghuni lantai 2 tsb adalah bahwa adik2nya temanku itu adalah 2 cewek yg sangat2 cantik. yg pertama sebut saja N, berumur 17 tahun, masih sma sedangkan yg kedua, sebut saja C, masih smp dan berumur 14 tahun. Teman2ku seringkali mencuri2 pandang ke arah N karena memang tubuh N memang sangat sintal dan menggoda birahi kami mahasiswa2 tuna susila.
Tapi entah kenapa, aku sangat tertarik dengan C dan sepertinya C juga tertarik dgn aku sebab C sering kutangkap basah sedang melirik aku dengan genit dan malu2. Senyum malunya ketika ku tangkap basah sedang melirik aku semakin membuat nafsuku membara dan membuatku utk berniat ngobrol dengannya. Sore itu aku berkesempatan ngobrol dengannya, yahh rada susah juga ngobrol dengan anak SMP sedangkan aku yg sudah kuliah ini tapi ya sudah asal ku bisa melihat C dari dekat… maksudku adalah, aku ingin mengingat wajah dan keindahan tubuhnya sehingga malam nanti aku bisa onani.
Tapi ternyata gayung bersambut, C sangat antusias dengan obrolan basi yg aku suguhkan shg aku pun segera berniat utk melakukan kontak fisik dengannya. Aku mulai dengan mencubit lengannya dan ngelitikin pinggangnya. Wahh…. semakin ku sentuh kulitnya, semakin keras pula otongku jadinya…. Rasanya ingin segera ku kocok burung kekarku ini… tapi sudahlah ku tahan dulu…. orang sabar banyak rejeki kata orang2…..

Setelah puas meng-grepe2 C, lalu kita pun bubar, dia kembali ke kamar temanku itu bersama kakaknya sementara aku pun kembali ke kamarku. Ahhhh… bikin tugas rada males, maklumlah hari ini hari jumat… besok sajalah pikirku. Lalu aku pun menyalakan laptopku dan segera bermain-main dengan Photoshop…. iseng saja aku meng-edit foto2 aku dan anak2 kost…. walaupun kita laki2 tulen dan suka berkunjung ke panti pijat plus plus, tapi aku dan anak2 memang suka foto2.. no nude loh tapinya.
Tanpa terasa malam telah tiba dan ketika aku lagi asik2nya meng-edit foto anak2, tiba2 ku dengar pintu kamarku ada yg mengetuk… lalu ada yg manggil, “mas… lagi di kamar ga?” terdengar suara lembut bertanya…. “wah, siapa nih yg nyariin..” pikirku. Kubuka pintu dan berdiri C didepan kamarku, dia mengenakan celana pendek ketat dgn tanktop tanpa bh. terlihat sembulan payudaranya yg tidak begitu besar (maklum masih smp), dan kulihat betapa mulus kulit putihnya, lehernya dan punggungnya…”masuk masuk…” kataku dengan cepat…. pikiranku langsung mesum, “wah kesempatan nih” kataku dalam hati. “lagi ngapain mas, kok ngga jalan2 sama anak2 yg lain?” C bertanya. “ahh ngga, lagi males aja keluar kost-an… aku lagi isengin foto anak2, mau lihat?” kataku. “liat dong mas” katanya begitu antusias.
Aku pun segera duduk di depan laptopku, dan menunjukkan hasil foto anak2 yg sudah ku isengin.. dia pun tertawa melihat foto2 hasil keisenganku itu. lalu ku suruh dia duduk jadi biar aku saja yg berdiri (aku cuma punya 1 kursi di kamarku). tanpa kuduga C malah berkata, “aku dipangku mas aja deh, biar sama2 bisa duduk.” “ok boleh juga,” kataku semangat. Ketika pantatnya duduk di pahaku.. ahhhhhh enak sekali rasanya… burungku segera mengeras, dan diapun merasakan itu walaupun dia tidak bilang apa2…. ” ‘dek bangun sebentar deh” kataku (maklum posisi burungku yg rada kejepit) lalu ku betulkan posisi burungku yg sudah menggeliat itu, lalu dia pun ku pangku lagi. Sekarang pas sekali posisi burungku berada di belahan pantatnya dia. Dari belakang dia ku ajari berbagai trik photoshop. setiap kali ku berbicara, aku bisikkan trik2nya ke kupingnya dia sehingga aku bisa mencium bau wangi badannya…
Dan setelah beberapa menit, kuberanikan diri utk memeluk dirinya dari belakang, dan melihat C yg tidak menolak, aku lalu memberanikan diri utk merayunya…. ” kamu kok wangi sekali ‘dik?” kataku sambil mencium leher dan pipinya. Dia hanya tersenyum malu dan tidak menjawab. Lalu ketika dia menengok ke arah ku, aku pun dengan segera melumat bibirnya yg mungil dan berwarna pink itu… ohhh nikmat sekali bibir C ini. begitu lembut dan begitu mungil….. sambil mencium bibirnya, tanganku segera meremas-remas payudaranya yg baru mulai tumbuh itu…. kurasakan burungku sudah keras sekali, dan dengan segera tubuh C segera ku goyang2kan maju dan mundur shg aku bisa merasakan gesekan nikmat di burungku ini…. setelah itu ku buka tanktop, kulihat betapa ranum badan C ini… kulit putihnya smakin membuat nafsuku menggila… lalu kubuka celana pendek ketatnya itu dan kulihat vaginanya yg berwarna pink tanpa ditumbuhi sehelai rambut pun…. wahhhhhhhhhhhhhhh………..
Setelah kuciumi seluruh badannya, aku pun langsung menciumi lubang kenikmatan itu dan kulihat C menutup mata dan menggeliat keenakan… “enak dik?” tanyaku. “enak banget mas.” sahutnya singkat. Setelah menciumi vaginanya, aku pun segera mengambil posisi..
ku tindih badannya dan kulumat kembali bibirnya sementara tangan kananku memegang burungku yg sudah berada di depan vaginanya. Sambil terus kucium, kumasukkan burungku perlahan-lahan…. walaupun V-nya sudah basah, namun palkon ku yg rada besar ini mengalami kesulitan utk masuk ke dalam…. kupaksa sedikit, lalu… “awwww… sakit mas…” katanya sembari meringis kesakitan…. “iya gapapa, sakit sedikit sekarang tapi nanti enak kok dik” kataku sembari terus kusodok ke dalam vaginanya dan ku goyang maju mundur….. ohhhhhh enak sekali vaginanya C ini… begitu ketat dan hangat, belum pernah kurasakan vagina seperti ini sebelumnya….
akhirnya burungku bisa masuk seluruhnya kedalam vaginanya dan C juga tidak lagi berkata sakit. sambil kutindih dan kupeluk tubuhnya, kucium bibirnya dan terus ku gerakkan burungku keluar masuk vaginanya…… rada2 susah bagi burungku utk gerak maju mundur karena vagina C ini masih ketat sekali rasanya, dan nikmatnya bener2 tidak ketulungan….
Entah C klimaks atau tidak, tapi yg jelas aku sudah tidak tahan ingin ngecrot yg sebanyak-banyaknya karena tidak terasa sudah 15 menit lebih kami bercinta… kulihat ke arah vaginanya, dan kulihat ada sedikit darah di burungku dan di sprei kasur… “pasti darah keperawanannya” pikirku. “dik, mau udahan apa terus?” tanyaku. “terserah mas aja deh….” katanya…. ya sudah, aku memutuskan utk ngecrot saja sebentar lagi.
Aku pun mempercepat gerakan maju mundurku sehingga aku bisa ngecrot…. “dik, kamu udah pernah mens belum?” tanyaku. “udah mas.” jawabnya sambil kembali menutup mata dan menggigit bibirku lagi… “wah, bisa hamil nih kalo di keluarin di dalem” pikirku.
Maksudku utk mengambil kondom sebelum aku ngecrot ternyata tidak kesampean sebab tiba2 … CROOOOOOOOOOOTTTTT……. CROOTTTT CROTTTTT…….. ahhhhhhhhhhh……. CROTT CROT….. spermaku menyembur dengan ganasnya di dalam vagina C… kulihat ada kenikmatan diwajah C, dan kurasakan hangatnya vagina C setelah kusembur dgn spermaku….. “enak dik?” tanyaku. “enak bgt mas…” katanya sembari tersenyum malu. Lalu kupeluk tubuhnya dgn erat dan kucium bibirnya kembali. Lelah sekali rasanya dan bbrp menit setelah klimaks, kami berdua masih berpelukan ditempat tidur….. uuhhhh….. lemas sekali, belum pernah aku bercinta sampai selemas ini sebelumnya.
sepintas ada kecemasan dlm pikiranku, “wah bagaimana kalo nanti C hamil nih?” tanyaku dalam hati….. namun kecemasan itu tidak berlangsung lama karena C menciumku dengan lembut dan perasaan enak, puas, dan nafsu yg terpuaskan semuanya tercampur jadi satu dalam ciuman itu.
“dik, jangan bilang sama kakak kamu ya…. mas bisa dimarahin nanti.” pintaku. “iya mas, aku ngga bilang sama siapa2.” katanya dgn cepat. setelah beberapa menit, kucabut burungku yg masih berada dalam vaginanya, lalu aku berdiri di samping tempat tidur, sementara C masih dalam posisi berbaring, lalu ku dekatkan burungku ke mulutnya…. dia terlihat bingung, “oh iya aku lupa, C masih SMP” kataku dalam hati…. “dik, emutin burung mas yah, mau kan? enak kok rasanya tapi jangan digigit yah!” pintaku. tanpa banyak protes, dia pun langsung mengulum burungku dengan lahapnya. Setelah beberapa menit, “udah dik.. udah cukup.” kataku. setelah kulihat jam, aku baru menyadari bahwa sebentar lagi anak2 bakal balik ke kost-an. harus cepet2 pake baju nih, kalo ketauan bisa gawat….
Kami pun segera mengenakan baju masing2 dan lalu berpelukan sambil nonton tv. tidak lama setelah itu terdengar suara2 brisik anak2 yg sudah kembali dari jalan2…. “Nyet, gw bawain nasi goreng nih…. blm makan kan lo?” salah satu temanku berkata dari teras lantai 2 kost-an kami… aku dan C pun segera bangun dan keluar kamar sambil menyambut mereka yg baru balik jalan2…. tidak ada kecurigaan dari mereka yg melihat kami berdua keluar dari kamar dengan wajah sedikit lelah… “yahh untunglah,ternyata semua berjalan lancar sesuai dengan rencana…. ” kataku dalam hati sambil tersenyum puas. dan kulihat C melirikku sambil tersenyum simpul seperti biasa……
Oh Nikmatnya bermain dgn perawan muda…